Posted on April 13th, 2018
“The cornerstone of engaging employees is communication based on Trust, Credibility and Mutual Respect.” (Martha Restrepro)
SIBUK MENYIMAK dari berbagai sumber, untuk memahami apa sebetulnya yang ada di balik nama sebuah perusahaan. Bagaimana performa perusahaan dari waktu ke waktu. Values apa yang menjadi landasan hidup karyawannya. Siapa saja nama-nama di balik suksesnya perusahaan tersebut. Apakah ada referensi tentang tingkat kepuasan karyawan.
Mungkinkah seseorang bisa tumbuh bersama perusahaan yang juga sedang tumbuh. Apakah perusahaan ini punya komitmen dan kegiatan untuk “Sustainable Living.” Kira-kira itu adalah apa yang dilakukan mereka yang sedang mencari pekerjaan, entah fresh graduate atau mereka yang ingin pindah perusahaan.
Perusahaan High Performance
Calon karyawan umumnya mencari dari berbagai sumber informasi tentang perusahaan. Namun demikian, begitu proses rekruitmen dimulai, calon karyawan akan mulai menilai, apakah yang didengar atau diketahui sesuai dengan kenyataan yang dihadapi. Misalnya apakah value yang katanya dianut oleh perusahaan itu, juga direfleksikan dalam semua proses itu.
Sebuah hasil survey yang dilakukan oleh Willis Towers Watson (WTW) mengedepankan bahwa ada ‘5 Cultural Differentiator’ Perusahaan yang High Performance:
Referensi lebih jauh terkait Cultural Differentiator dari WTW dapat dilihat di link ini: https://www.towerswatson.com/en-CH/Insights/Newsletters/Global/Sustainably-Engaged/2013/Strategy-Culture-Alignment-How-to-Identify-and-Close-Critical-Gaps
Berikut foto bersama peserta dan presenter di Clients Gathering WTW baru-baru ini.
Tentu pertanyaan yang penting untuk melihat keterkaitan faktor tersebut dengan proses lainnya di perusahaan, misalnya: “Apakah Strategi Busnis kita juga mengacu ke faktor tersebut. Bila Strategi Bisnis meliput juga Customer Service, apakah para karyawan juga mendapat perlakuan sama seperti yang kita harapkan untuk mereka perlakukan customers kita? Atau kalau awalnya strategy dirancang dengan mengacu pada faktor tersebut, saat ini masih sejalan?”
Keterkaitan Menyeluruh
Dengan bisnis strategy yang mengacu pada faktor-faktor tersebut diatas, aspek Human Capital, (Culture, Strategy, TVP) tidak bisa disepelekan. Karena hasil akhir yang dituju, sangat tergantung juga pada rancangan berbagai dimensi Human Capital, seperti yang nampak pada chart berikut, yang dipaparkan di clients gathering Willis Towers Watson bulan lalu:
Pertanyaan yang bisa dikedepankan untuk menguji keterkaitan tersebut, bila Strategy Perusahaan mengacu pada Innovation, misalnya, apakah pihak yang melaksanakan rekrutmen paham akan sumber darimana Talent bisa diperoleh dipasar? Apakah budaya perusahaan menerima perbedaan pendapat, kebiasaan mempertanyakan statusquo, atau bahkan kesempatan bereksperimen dengan kemungkinan berbuat salah?
Kita bisa membuat daftar panjang berkaitan dengan setiap faktor strategy dan praktek Human Capital di Perusahaan itu.
Ketertarikan Calon Karyawan
Survey tersebut juga mengungkapkan, 5 daya Tarik Utama bagi seorang calon karyawan, berdasarkan perspektif Karyawan versus perspektif Perusahaan, masih berdasarkan survey WTW:
Memahami secara utuh kedua perspektif ini akan membantu proses menjaring talent yang unggul di pasar. Disamping itu, menarik untuk dicermati, terutama dalam proses Talent Acquisition: apakah calon karyawan yang diunggulkan fit dengan Corporate Vision, Value dan Culture, disamping fit dengan operational/functional competencies.
Konsisten Bila Sudah Bergabung
Seringkali kita menganggap bahwa begitu Talent sudah bergabung dengan perusahaan, maka tugas sudah selesai. Kita sering mengabaikan langkah selanjutnya, terutama untuk menciptakan berbagai momen untuk membantu karyawan baru sungguh mengalami apa yang selama ini dia pahami tentang perusahaan.
Ilustrasi berikut ini bisa membantu semua pihak untuk terus bertanya dan menemukan jawaban dalam rangka menciptakan Talent Experience untuk mendapatkan keterikatan maksimal.
Perlu juga dicermati sungguh-sungguh bahwa Talent Value Proposition hendaknya tetap hidup dalam seluruh siklus karier mulai dari proses bergabung sampai yang bersangkutan meninggalkan perusahaan. Bila para leaders sungguh menyadari dan melakukan review berkelanjutan, maka keterkaitan Business Strategy dan Dimensi Human Capital akan terus dijaga, demi mencapai hasil yang diinginkan bersama.
“When employees are truly engaged, it can transform them and the people they interact with, because they stop asking why and start embracing the why not.” (Dr. Bouvier Williams)
josef:
Semangat pagi Santi, terima kasih untuk terus menyimak tulisan di blog ini. Semoga bermanfaat, terutama dalam...
Santi Sumiyati:
Selamat pagi Pak Josef. Membaca tulisan Bapak seperti “me-recharge daya” pikiran dan...
josef:
Terima kasih Reinaldo. Saran sederhana sudah dicantumkan dalam komenmu: leader yang mau paham situasi, minta...
Vicario Reinaldo:
Terima kasih untuk sharingnya Pak Josef. Resonate sekali dengan saya yang sering membantu para...
josef:
Terima kasih catatannya mas Anton, setuju harus pandai membawa diri, dalam membangun trust dan respect dari...
Selamat pagi Pak Josef. Setiap saya selesai membaca tulisan Bapak, saya selalu mendapat insigt baru yang dapat memperkaya pemahaman saya tentang apapun, terutama human & organization development. Untuk Talent Value Proposition juga mengingatkan kami untuk mau terus menggali dan menjaga Nilai apa yg dimiliki dan perlu diketahui dari organisasi ya Pak.Terima kasih Pak Josef.
Selamat pagi Santi, semangat terus belajar perlu terus kita kobarkan. Gembira mengetahui kalau Santi terus menimbah hal baru dari tulisan di blog. Terima kasih
Thanks for sharing the reference Pak Josef, I agree with this, Pak–>”how to influence culture” is to strategically design an organization’s broader talent strategy to reinforce the right behaviors and beliefs
Terima kasih sama2 Roma, setuju banget dengan highlight yang Roma berikan, dan seharusnya demikian. Salam
Terima kasih Pak Josef.
Dengan adanya blog Bapak, kami bisa terus belajar dan mengkoreksi diri atas kekurangan2 kami sebagai pelaksana pelayanan HR di perusahaan.
Terima kasih Rolin, jadikan kebiasaan “belajar dan berbagi” sebagai menu harian kita.