Posted on December 2nd, 2016
“Dream more than others think practical. Expect more than others think possible. Care more than others think wise.”(Howard Schultz)
DI KOLAM RENANG yang sejuk, seorang ayah tengah memberi semangat pada anaknya untuk terjun. Anak yang mengenakan jaket pengaman, siap-siap untuk terjun, sementara ayahnya menunggu di dalam air. Walau dengan wajah yang agak cemas, dia pun akhirnya terjun, dan… hop… segera ditangkap oleh sang ayah.
Singkat cerita, anaknya dengan penuh kegembiraan meminta untuk mengulang adegan itu berkali-kali, bahkan setiap minggu mengajak ayahnya ke kolam renang. Apa yang membuat anak itu akhirnya berani mengambil resiko dan loncat ke dalam air?
Di Tangan yang Tepat
Di lingkungan kerja sering kita merasa nyaman berada dalam lingkungan di mana seorang pemimpin dengan penuh tanggung jawab mengupayakan berbagai kesempatan untuk men-develop anak buahnya agar bisa sukses. Bahkan tidak sedikit kesempatan di mana mereka diminta mengerjakan sesuatu dengan resiko kegagalan tinggi, tapi bila berhasil akan memberikan dampak besar.
Toh mereka berani menerima tantangan itu. Dan pada akhirnya mereka bisa berhasil. Bukan saja berhasil, tapi juga menyadari potensi diri yang tidak disadari sebelumnya. Gambaran situasi seperti itu yang disebut Prof George Kohlrieser dalam bukunya berjudul ‘Dare to Care’, dengan Secure Base Leadership, yang dimaknainya sebagai berikut:
“The way a leader builds trust and influences others by providing a sense of protection, safety and caring and by providing a source of inspiration that together produce energy for daring, exploration, risk taking and seeking challenge”
Anak kecil di atas merasa aman karena ada ayahnya yang akan siap menolongnya. Perasaan itu sudah dibangun sejak lahir, di tengah keluarga, dan terus terbawa dalam kehidupan sehari-hari. Anak ini akhirnya percaya, bahwa dia bisa mengambil langkah apapun yang penuh resiko. Foto berikut bersama Prof George usai sesinya beberapa waktu lalu.
Trust and Bonding
Secure Base Leadership sesuai konsep Prof George mengedepankan elemen penting: Menciptakan suasana aman/safe (Care) untuk bertindak dan sekaligus memberikan inspirasi dan energy untuk berani mengambil resiko (Dare). Dalam proses ini juga tercipta elemen yang tidak kalah pentingnya adalah Inspirasi dan Energy.
Kembali ke kisah sederhana di atas, perasaan aman untuk berani mengambil resiko tercipta karena ayah, ibu dan keluarga lainnya sudah bersama membangun Bonding sejak dini. Bonding ini sekaligus membangun Trust di antara anggota keluarga. Bila elemen ini juga tercipta di lingkungan kerja, maka boleh jadi tercipta keterlekatan (engagement) yang kental untuk bisa semua pihak fokus pada pencapaian goal bersama, seberapa pun sulitnya.
Prof George memberikan makna Bonding sebagai:
“Forming an attachment that creates more physical, emotional, intellectual and/or spiritual energy than the person or people involved could generate independently.”
Sebuah senyum di pagi hari ketika tiba di tempat kerja sudah memberikan signal positif dalam proses bonding. Berusaha untuk menjadi role model untuk hidup sesuai Value Perusahaan, sudah bisa menciptakan suasana nyaman bagi seluruh anggota tim. Memacu anggota tim untuk terus meningkatkan prestasi, tapi juga memberikan apresiasi yang layak, sudah mendemonstrasikan nilai Trust yang sangat dihargai seluruh anggota tim.
Freedom Within Framework
Istilah di atas muncul dalam sebuah lingkungan kerja di sebuah perusahaan ternama, yang membolehkan karyawannya untuk bereksperimen, termasuk membuat kesalahan dalam bereksperimen. Namun digariskan juga kebebasan bereksperimen itu dalam framework tertentu, dan bila ada kesalahan yang dilakukan, maka itu akan bisa diterima kalau yang bersangkutan bisa merumuskan “learning points” untuk pembelajaran yang lain.
Praktek itu tidak berhenti disana. Seorang Marketing Manager yang gagal meluncurkan produk barunya, diminta untuk sharing learning points dari kegagalan itu kepada yang lain, dalam Knowledge Management Forum. Beranikah dia sharing?
Tim mencoba meyakinkannya, bahwa info tentang kegagalan itu sudah semua orang tahu, tidak bisa disembunyikan. Tapi dengan membagi pengalaman, akan bisa membuat yang lain terhindar dari kesalahan yang sama. Singkat cerita, dirancang sebuah sharing session dengan judul: IMF, singkatan dari IT’S MY FAULT. Dan bisa ditebak, ruang sesi penuh peserta yang ingin menyimak kisah itu.
Mengapa orang-orang di lingkungan tersebut di atas berani menerima tantangan untuk bereksperimen? Di sana sudah dibangun suasana safe/nyaman untuk mereka mengambil langkah walau penuh resiko. Mengapa Marketing Manager dan teamnya bersedia berbagi kisah kegagalan mereka?
Kebesaran hati mereka juga tercipta dalam suasana Caring yang mendalam, di mana inspirasi untuk berbagi dianggap sebagai hal yang positif walau yang dibagi adalah kisah kegagalan. Mereka mendapatkan energi khusus untuk tidak malu membaginya. Petikan di akhir tulisan ini sekaligus menggaris-bawahi pandangan Prof. George yang begitu menginspirasi.
“Secure base is someone or something that inspires or brings forth energy within an individual. With this inspiration and energy, individuals step out of their comfort zone and strive to fulfill their untapped potential.” (Prof George Kohlrieser)
josef:
Terima kasih untuk ucapan selamatnya Rosita. Apakah sudah pesan buku ke 5? Kalau belum bisa gunakan link ini,...
Rosita Wulandari:
Selamat Pak Josef atas terbitnya buku ke-5, semoga tidak terlambat ucapan selamatnya. otw memesan....
josef:
Hi Viciana Dewi, saya sudah email. Salam
Viciana dewi kristiani:
Kalau mau ikut gabung komunitasnya caranya bagaimana kak?
josef:
Terima kasih Kendrick, sesuai tujuan komunitas ini, kita semua ingin membangun konektivitas dan berkolaborasi...
Nice share Pak Josef. Ini menggambarkan juga bisnis yg kita bangun saat ini.
Terima kasih pa Canisius, senang bisa turut kontribusi pemikiran untuk bisnis dan terlebih manusia yang menjalankannya. Doaku semoga sukses selalu, dalam memberikan manfaat bagi banyak orang. Salam
Terima kasih pak josef,article yang SANGAT BAGUS. Terinspiransi dan wajib dimulai dari diri saya sendiri. Salah itu hukumnya “haram” dalam bahasa ekstremnya. Dari article bapak menggambarkan bahwa “salah yang bertanggung jawab” dan ambil hikmah dari kesalahan tersebut untuk ke depan yg lebih baik. #prosesperubahandiri#
Terima kasih Diana, menyadari kesalahan merupakan langkah awal yg penting. Mengambil langkah kedepan, sangat disarankan. Salam
Luar biasa pak josef..
Terima kasih banyak Irwan. Salam