Membantu Teman dengan Bertanya

Posted on March 6th, 2015

“A friend encourages your dreams and offers advice – but when you don’t follow it, they still respect and love you.” (Doris Wild Helmering)

DALAM HIDUP PERTEMANAN, sering sekali pertemuan dijadikan ajang berbagi, tukar pikiran, konsultasi, sekedar canda-ria menghabiskan waktu sambil minum secangkir kopi, atau bahkan untuk curcol. Kali ini saya hanya ingin mengangkat butir terakhir, berkaitan dengan curhat.

Ini pun saya lakukan karena ada seorang kawan, sebut saja Mira  yang bertanya, “Apa yang harus dilakukan karena teman baiknya, sebut saja Dian,  akhir-akhir ini  sering curhat berlama-lama, yang juga membuat dia pusing meladeninya.”

Apa yang diharapkan dari pertanyaan Mira? Agar yang curhat mendapatkan solusinya, dan pertemanan tidak dirusak. Tapi bagaimana kalau yang Dian harapkan adalah sekedar curhat, bukan mendapatkan jawaban dari Mira??

Bisa Dipercaya

Walau kita punya banyak kawan, belum tentu semuanya mau membagi isi hatinya kepada kita. Jadi di tempat pertama, Mira tentu punya tingkat kepercayaan tinggi di mata Dian, karena bisa menjaga rahasia.

Bila yang diharapkan adalah sumbang saran untuk solusinya, Dian tentu percaya bahwa Mira mau dan bisa memberikan pandangan atas apa yang dialami, syukur-syukur mendapatkan saran solusinya. Bila yang diharapkan adalah sekedar mendapatkan teman yang  mendengarkan tanpa perlu memberikan saran apapun, itu pun karena Dian percaya bahwa Mira rela mendengarkan dengan sepenuh hati, dan mau menyediakan waktu untuk itu.

Berarti Mira masuk daftar orang yang dipercaya dimata Dian. Bukankah itu bagus??

Resiko Menjadi Keranjang Curcol

Ternyata apa yang dialami Mira yang sering menjadi tempat curhat adalah: Dian itu bisa muncul  kapan saja. Dian memang minta waktu terlebih dahulu untuk ngobrol. Tapi begitu percakapan dimulai susah dibendung.

Kata Mira, “Nggak pernah ketemu titik.” Lebih mencemaskan lagi, pembicaraannya cenderung negatif, menciptakan suasana negatif, apalagi ketika emosinya meningkat, penuh kekesalan.

Mira merasa lelah mendengarkannya. Mungkin karena energi negatif yang ditebarkan Dian ini. Tapi kalau tidak diladeni, bisa-bisa persahabatan ini berakhir. Rada sensitive. Mira sungguh ingin mendapatkan jalan keluar.

Bertanya dan Membatasi Waktu

Mira kemudian menyusun strategi. Tujuan utamanya adalah untuk membantu Dian dan memanfaatkan waktu bersamanya dengan cara yang lebih positif.

Strategi Pertama: Bermain dengan waktu. Setiap kali kalau mau diajak ngobrol, Mira selalu memberitahu kalau dia lagi sibuk, karena itu dia siap untuk ngobrol sekitar 30 menit. Untuk tidak kedengaran aneh kalau mendadak Mira jadi manusia formal, Mira sengaja memojokkan diri sendiri dengan jadual yang tidak bisa ditawar. Misalnya:

“Bisa nggak kita ngobrol jam 12:30, biar ada cukup waktu sebelum kerja lagi jam 13:00.” Atau: “Besok saya ingin datang lebih awal untuk ngobrol, tapi ngga bisa sebelum jam 07:30. Lumayan ada waktu sedikit sebelum mulai kerja jam 08:00.”

Strategi Kedua: Bertanya. Curhat terakhir yang didengar Mira adalah usai Performance Appraisal, di mana Dian mendapatkan nilai kurang bagus. Emosinya mendadak tidak terkendali, meledak-ledak ketika bercerita kepada Mira. Mira yang sudah mulai belajar menjinakkan Dian, berusaha bersikap setenang mungkin, tapi tetap dalam mode mendengarkan penuh perhatian.

Beberapa pertanyaan akhirnya dilontarkan:

  • Di mana letak bedanya penilaian atasan dan penilaianmu sendiri, berdasarkan target yang sudah disepakati??
  • Bila sudah disepakati cara mengukurnya ketika membuat target di awal tahun,apa yang membuat Dian surprise??
  • Seberapa sering Dian duduk bersama atasanmu untuk melakukan evaluasi atas progressnya??
  • Update seperti apa yang Dian berikan kepada  atasan tentang progress dan hasil yang dicapai??
  • Persiapan apa yang dilakukan Dian jelang diskusi performance review dengan atasan?

Beberapa pertanyaan di atas cukup membuka mata Dian untuk introspeksi. Perlahan sikap menyalahi atasan mulai berkurang, karena pertanyaan Mira seakan menempatkan cermin di depan Dian untuk melihat diri sendiri.

cermin

Source image: sfishffrog.deviantart.com

Langkah Kongkrit

Dialog tidak berhenti di sana. Mira kemudian memberikan pertanyaan pamungkas:

“Bila ingin mencegah surprise seperti itu lagi, apa yang akan Dian lakukan?”

Dan dua langkah bagus yang disiapkan Dian: mengusahakan agar target yang disusun di awal tahun bisa diukur (measurable), dan setiap ingin melakukan progress review dengan atasan, Dian akan melakukan self-assessment, sekaligus mempersiapkan daftar pencapaian, agar tidak terlewatkan sewaktu diskusi nanti.

Kekhawatiran Mira akan energi negatif, sebagai imbas dari curhat Dian, perlahan sirna. Berdua bisa manfaatkan waktu lebih efektif, dan tentu saja persahabatan mereka semakin bermakna, karena Mira memang dapat diandalkan oleh Dian.

“A friend is someone who is there for you when he’d rather be anywhere else.” (Len Wein)

Bookmark and Share

6 Responses to Membantu Teman dengan Bertanya

  1. Robert Affero says:

    Pertemanan memang memerlukan saling pengertian dan saling membantu dengan tulus, walau kadang kenyataannya berbeda. pertemanan adalah wujud dari pribadi kita sendiri. kalau kita senantiasa berfikiran dan bertindak positif maka akan melahirkan pertemanan yang baik. Terima kasih pak Josef hari Selasa dan Jum’at selalu saya nantikan untuk menambah ilmu bagi saya yang masih terus belajar.

    • josef josef says:

      Terima kasih Robert atas komennya. Juga untuk kunjungannya secara rutin di blog ini. Selamat berakhir pekan

  2. Rolin says:

    Terima kasih atas artikelnya Pak.
    Saya belajar lebih dewasa lagi untuk mengatur dan mengarahkan pembicaraan lebih berkualitas, tanpa harus takut mengecewakan teman/sahabat,dan dapat membuat waktu untuk share lebih bermanfaat & membangun.
    Salam

    • josef josef says:

      Terima kasih Rolin. Hanya perlu beberapa menit untuk menyadari ini, dan waktu yang lebih lama untuk melatih diri secara disiplin untuk menerapkannya. Terima kasih untuk komennya yang berharga

  3. echi says:

    bapak bisa tahu fb atw alamat email bapak kah

Leave a Reply to josef Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Connect with Facebook

Kisah Rp 10.000,00 yang Mengubah Hidupku

Recent Comments

josef:
Semangat pagi Santi, terima kasih untuk terus menyimak tulisan di blog ini. Semoga bermanfaat, terutama dalam...

Santi Sumiyati:
Selamat pagi Pak Josef. Membaca tulisan Bapak seperti “me-recharge daya” pikiran dan...

josef:
Terima kasih Reinaldo. Saran sederhana sudah dicantumkan dalam komenmu: leader yang mau paham situasi, minta...

Vicario Reinaldo:
Terima kasih untuk sharingnya Pak Josef. Resonate sekali dengan saya yang sering membantu para...

josef:
Terima kasih catatannya mas Anton, setuju harus pandai membawa diri, dalam membangun trust dan respect dari...


Recent Post

  • Mindset Sehat Penuh Syukur
  • Memasuki Lingkungan Baru
  • Menyikapi Teknologi Secara Bijak
  • Sejuta Senyum PEACE HR Society
  • Saling Menyemangati
  • Generosity of Spirit
  • Ciptakan Pengalaman Bermakna
  • Apa Yang Engkau Cari?
  • Asyiknya Belajar Bersama
  • Komitmen Perusahaan akan Peran Ibu