Tugas Perutusan

Posted on October 28th, 2016

“Don’t ask yourself what the world needs; ask yourself what makes you come alive. And then go and do that. Because what the world needs are people who have come alive.” (Harold Whitman)

TEKAD SUDAH BULAT. Saat mengambil keputusan untuk membolehkan saya keluar dari kampung halamanku untuk mencari hidup yang lebih baik, apa yang ada di benak orang tuaku mungkin beda dengan apa yang disampaikan melalui kata-kata dari mulut mereka.

Yang terucap adalah restu mereka agar saya bisa mengenyam pendidikan yang lebih baik, dengan demikian bisa meraih kehidupan yang lebih baik. Tapi kalau kita boleh menebak apa yang sebenarnya tidak terucap, mereka sedang mengutus putranya untuk pergi untuk belajar agar di kemudian hari bisa membawa kebaikan buat banyak orang di luar sana.

Melalui kemampuan yang mereka punyai, kedua orang tua kami telah mempersiapkan saya, mendidik saya tentang kehidupan, mengenali apa yang baik dan yang tidak baik. Mereka juga telah menumbuhkan rasa percaya diri untuk bisa mandiri, dan penuh keyakinan bahwa misi kehidupan ini adalah rencana Ilahi yang akan kita pahami pada waktunya nanti.

tugas-perutusan1

Mengenali dan Menanggapi Misi Hidup

Permintaan dari Surabaya, teman-teman komunitas HR Jatim (Perhimpunan Management Sumber Daya Manusia) saya sanggupi dengan gembira. Mereka inginkan agar anggotanya bisa belajar tentang HR dari praktisi, berdasarkan pengalaman nyata. Teori bisa mereka dapatkan dari tempat kuliah atau kursus atau program sertifikasi.

Semangat belajar dari teman-teman di komunitas HR ini sangat tinggi. Perkiraan maksimum 100 orang hadir meleset. Kursi di ruang meeting di hotel di bilangan Jemursari Surabaya harus ditambah lagi di belakangnya. Tapi ini merupakan indikasi sangat positif akan antusiasme mereka untuk belajar dan mengharapkan agar lebih banyak lagi teman-teman mereka turut belajar dalam sesi berikutnya.

Hari itu saya hadir berduet dengan HR Director GE, Rudy Afandi. Di atas permukaan, kami sedang berbagi pengalaman kepada HR penerus kami. Tapi lebih jauh lagi pemahamannya adalah, kami sedang menjalankan bagian dari tugas perutusan untuk membawa kebaikan bagi dunia ini, terutama dunia Indonesia.

Kebaikan ini terbungkus dalam sharing untuk menginspirasi rekan-rekan HR di Jawa Timur, untuk sama-sama menjalankan peran penting dalam kehidupan masing-masing, di manapun mereka berkarya. Foto berikut adalah bersama Pengurus PMSM Jatim (atas) dan bawah: Pemateri Rudy Afandi serta penanya aktif yang menerima hadiah buku “Kisah Rp 10.000 Yang Mengubah Hidupku”.

tugas-perutusan2

Menu Pilihan

Peserta berasal dari berbagai bidang industri, berbagai umur, bahkan ada yang bukan HR. Hari ini mereka akan mendengarkan pemaran tentang pendekatan HR yang kreatif, thinking in the other box.

Saya bisa saja memberikan satu dua contoh dengan detail implementasi untuk menginspirasi mereka, tapi belum tentu pendekatan tersebut mereka butuhkan dan bisa diterapkan. Seperti halnya mereka disajikan Sate Ayam dan Soto Madura yang nikmat, tapi mereka maunya gado-gado, yang menurut definisi mereka enak dan perlu.

Karena itu saya memilih menyajikan New Trend HR secara menyeluruh, sebagai dampak dari berbagai perubahan bisnis ke depan. Kemudian saya menyajikan beberapa contoh yang relevan yang telah diimplementasi, baik dari pengalaman saya sendiri ataupun dari sumber lainnya. Dari sana mereka mempunyai lebih banyak informasi tentang pendekatan-pendekatan kreatif yang bisa menginspirasi mereka untuk diterapkan di tempat kerja masing-masing.

Apakah Ada yang Baru di HR?

Sejak saya memasuki dunia HR lebih dari 30 tahun lalu, inisiatif HR sama saja. Ada strategi bisnis sebagai acuan untuk HR, ada planning, rekrutmen, training, remunerasi, Industrial Relation, organisasi dan talent, change, culture dll. Sekarang dan di masa mendatang juga demikian.

Yang jelas berbeda adalah HOW.

Di sini letaknya kejelian rekan-rekan HR untuk mencermati arah bisnis dan demand terhadap manusianya seperti apa. Dan dalam membuat alignment arah bisnis dan rancang HR ke depan, tidak akan lepas dari pengaruh budaya di perusahaan, serta pengaruh manusia yang menjadi pelaku bisnis di semua divisi dan tingatan.

Maka ketika seorang peserta bertanya tentang hadirnya orang bisnis yang direkrut dari dalam untuk menduduki posisi HR, apakah itu merupakan ancaman buat HR? Penjelasan saya adalah:

  • Bila semua orang di HR sudah berperan sebagaimana mestinya, tidak akan ada kebutuhan untuk membawa orang bisnis ke dalam HR.
  • Kalaupun sudah ada praktek demikian, ini merupakan kesempatan refleksi buat kita di HR, apakah ada tuntutan bisnis yang belum bisa dipenuhi oleh HR?
  • Bila hadirnya orang bisnis di sana adalah sementara untuk belajar mendalami HR, mungkin kita juga bisa melakukan sebaliknya, memberikan assignment jangka pendek orang HR ke Bisnis untuk lebih memahami bisnis.

Setidaknya dalam perjalanan karier saya, sudah ada orang HR timku yang ditugaskan ke unit Bisnis, dan ada yang bisa meraih posisi Direktur di Marketing, dan ada juga yang bisa mencapai level Senior Manager. Dan saat saya menyiapkan tulisan ini, saya menerima berita bahwa salah seorang rekan HR Director di Komunitas HRDF barusan diangkat menjadi CEO di perusahaannya.

Kapan Misi ini Berakhir?

Kembali ke pemaparan awal tentang tugas perutusan, yang paling berjasa dan layak menerima ucapan terima kasih, adalah kedua orang tuaku almarhum, yang telah merelakan saya keluar dari desaku tercinta. Mereka telah mempersiapkan diriku untuk misi hidup ini, mereka terus mendukung dengan doa. Mereka seakan sepaham dengan Frank Sonnenberg:

“If you don’t pass your values on to your kids, someone else will.”

Berbekalkan berbagai pengalaman praktis, atau belajar dari berbagai sumber yang tersedia setiap waktu, mudah-mudahan kesempatan berbagi, bisa saya teruskan untuk menginspirasi lebih banyak orang lagi. Dan tugas perutusan kita tentu saja hanya akan berakhir kalau kita sudah dipanggil Yang Maha Kuasa untuk mempertanggung-jawabkan pelaksanaan misi masing-masing.

“The most important journey you will take in your life will usually be the one of self-transformation. Often, this is the scariest because it requires the greatest changes, in your life.” (Shannon L. Alder)

Bookmark and Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Connect with Facebook

Kisah Rp 10.000,00 yang Mengubah Hidupku

Recent Comments

josef:
Semangat pagi Santi, terima kasih untuk terus menyimak tulisan di blog ini. Semoga bermanfaat, terutama dalam...

Santi Sumiyati:
Selamat pagi Pak Josef. Membaca tulisan Bapak seperti “me-recharge daya” pikiran dan...

josef:
Terima kasih Reinaldo. Saran sederhana sudah dicantumkan dalam komenmu: leader yang mau paham situasi, minta...

Vicario Reinaldo:
Terima kasih untuk sharingnya Pak Josef. Resonate sekali dengan saya yang sering membantu para...

josef:
Terima kasih catatannya mas Anton, setuju harus pandai membawa diri, dalam membangun trust dan respect dari...


Recent Post

  • Mindset Sehat Penuh Syukur
  • Memasuki Lingkungan Baru
  • Menyikapi Teknologi Secara Bijak
  • Sejuta Senyum PEACE HR Society
  • Saling Menyemangati
  • Generosity of Spirit
  • Ciptakan Pengalaman Bermakna
  • Apa Yang Engkau Cari?
  • Asyiknya Belajar Bersama
  • Komitmen Perusahaan akan Peran Ibu