Posted on October 9th, 2015
“Better keep yourself clean and bright; you are the window through which you must see the world.” (George Bernard Shaw)
KEBERSAMAAN itu seumpama sebuah taman dengan tanaman beraneka macam. Kita ingin menikmati hasil tanaman, baik warna-warni bunganya ataupun lezatnya buah tanaman itu. Itu akan bisa dinikmati, kalau kita terus menerus memupuk, menyirami dan memelihara dengan sungguh-sungguh.
Demikian juga kebersamaan dalam lingkungan manapun, sekali dibangun, perlu dipupuk, dirawat, dan dikembangkan. Keragaman talenta masing-masing bisa menjadi sumber inspirasi yang tak ada habisnya, bila masing-masingnya mendapat peran aktif dalam menjaga kebersamaan itu. Satu lagi contoh yang tim demonstrasikan dalam acara outing baru-baru ini.
Keterbatasan Bukan Hambatan
Perjalanan tim kali ini adalah ke Cirebon menggunakan kereta api. Kami mempunyai keleluasaan tiga jam untuk melakukan aktivitas tim selama tiga jam. Namun tim perlu memikirkan keterbatasan ruang gerak dalam gerbong yang dipenuhi kursi.
Lagi-lagi kreatifitas tim menabrak semua hambatan. Mereka merancang acara sesuai barisan 4 kursi. Ambil saja sebuah contoh: mentransfer bola pimpong dari gelas ke gelas berikutnya yang diikat di kepala.
Senyum, tawa bahkan teriakan keberhasilan menambah riangnya suasana. Satu lagi keleluasaan yang didapat, karena gerbong ini eksklusif untuk kami.
Pilihan Menarik
Saya sendiri meyakini, bahwa bersama dan berada di tengah tim, menyatu dengan mereka, bersama menikmati nasi jamblang dalam bis menuju Kuningan, adalah bagian dari upaya saya senantiasa dekat dengan tim. Apalagi menyatu ikut serta sebagai peserta dalam berbagai acara yang mereka rancang.
Di saat sebagian teman melakukan sholat Jumat, lainnya mendapat pilihan menarik dari panitia: ziarah ke Gua Maria Kuningan atau ke Toko Batik Paseban, yang juga sedang menggelar acara tahunan menarik.
Bukan saja ziarah yang saya dan sebuah tim kecil lakukan. Alamnya terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja dari sentuhan kamera. Beberapa rekaman berikut ini cukup berbicara sendiri.
Riuh Rendah Linggarjati
Sejarah Perundingan Linggarjati sudah kita ketahui. Tapi berada di lokasinya, menyaksikan diorama peristiwa 15 Nopember 1946, bertempat di kediaman van Os. Usai berkeliling rumah bersejarah itu, kelonggaran waktu dimanfaatkan maksimal tim untuk beraksi. Berikut foto bersama.
Demo kemahiran mengambil foto atau bahkan beraksi sebagai model, merupakan bagian upaya tampil beda. Ketika diminta untuk menjadi model “Generasi Linggarjati”, tanggapan saya: “Siapa takut?” Lihat foto kiri bawah.
Beberapa rekaman peristiwa sebagai oleh-oleh menarik
Pemilihan lokasi makan siang di RM Kelapa Manis, dengan beberapa sentuhan unik bisa di lihat di gambar berikut ini.
Hari pertama yang padat, tapi memasuki hotel sekitar jam 21:30 masih nampak jelas senyum yang terus bertengger di wajah tim. Semoga istirahat malam ini kembali membangkitkan energi baru untuk menciptakan keceriaan di hari kedua. Ikuti posting lanjutan Jumat minggu depan.
“Always be optimistic! This could be the day you turn your life around!” (Che Garman)
josef:
Terima kasih Santi, dalam banyak kejadian kita dihadapkan pada pilihan bebas tanpa paksaan, termasuk pilihan...
josef:
Terima kasih sama2 Santi, ini merupakan panggilan untuk berbagi. salam
Santi Sumiyati:
Selamat pagi Pak Josef, luar biasa bagus dan menjadi pembelajaran berharga bagi saya setelah membaca...
Santi Sumiyati:
Terima kasih banyak Pak Josef atas kesediannya untuk terus menerus berbagi ilmu kepada kami.
josef:
Terima kasih tanggapan Kelana. Tidak mau membalas argumen juga merupakan pilihan. Namun kalau argumen...