Apakah Marah harus Berteriak? (Fish Fun Part 5)

Posted on June 12th, 2012

HARI ITU Nolly, sekretarisku, meminta waktu untuk berbicara, tapi akan datang bersama Lia. Hampir setiap kesempatan Nolly berhalangan, Lia yang menjadi sekretaris pengganti. Keduanya kelihatan serius, namun berusaha agar nampak sesantai mungkin.

 

Lia mengawali pembicaraan itu dengan, “Kami tahu kemarin bapak marah sekali, tetapi kenapa bapak tidak marah seperti layaknya orang dalam keadaan marah ?”

Saya tahu peristiwa apa yang mereka maksud, dan memang saya marah. Lalu Lia melanjutkan, ” Apakah bapak memang tidak bisa marah dengan suara kencang? Selama ini, memang tidak pernah. Tapi menurut saya, kalau marah,  bapak harus melampiaskannya, sehingga terasa lega dan tidak nyesak di dada”

 

Demikian nasehat yang diberikan oleh Lia dan Nolly. Sangat masuk akal dan terima kasih atas kepedulian mereka tentang itu.

 

Selanjutnya dialog ini terjadi:

 

Jos: Apa yang terjadi kemarin setelah peristiwa yang menurut kalian seharusnya saya marah dan dengan suara kencang?

L&N: Bapak memanggil kami untuk memberitahukan apa kesalahan kami dan apa yang seharusnya kami lakukan, agar tidak terulang kejadian kemarin.

Jos: Apakah kalian sudah jelas tentang apa yang saya inginkan, dan sudah dikerjakan??

L&N: Sudah jelas, dan sudah kami tindak lanjuti, tapi kami tetap penasaran karena ketika dipanggil kemarin, kami yakin akan dimarahi, bapak akan marah besar, tapi tahunya nggak.

 

Sayapun balik bertanya: “Kayaknya kalian mengantisipasi bahwa saya akan marah besar. Mengapa orang marah itu harus berteriak ?”

L&N: Karena dia sangat emosional.

 

Jos: Walau emosional, dia bisa bicara pelan saja, khan bisa kedengaran.

L&N: Tapi kalau cuma ngomong biasa, tidak ketahuan kalau dia marah.

 

Jos: Jarak saya dengan kalian cuma satu meter. Kalau saya ngomong pelan pun kalian bisa dengar, kenapa harus berteriak-teriak?

L&N: Itu biar kekesalan tidak dipendam, tapi harus dilampiaskan.

 

Keduanya diam kehabisan jawaban, maka saya melanjutkan:

Orang yang berteriak waktu marah, karena dia merasa hatinya dan hati yang dimarahi berjarak sangat jauh, sehingga harus berteriak agar terdengar. Semakin jauh jarak hati mereka, semakin keras teriakannya”

Keduanya diam tapi serius menyimaknya, maka saya lanjutkan:

Kalian berdua pernah muda, dan juga pernah pacaran! Terkadang berduaan dengan pacar, tidak berbicara apa-apa, hanya berpegangan tangan. Tapi masing-masing saling mengerti pesan yang ingin disampaikan oleh sang pacar. Mengapa? Karena hati kalian dan pacarmu begitu dekatnya sehingga tanpa kata-kata pun sudah ada saling pengertian”

“Dalam peristiwa kemarin, apa yang kalian harapkan dari saya, sudah didapatkan, yaitu: mengetahui kenapa marah dan bagaimana bisa melakukan koreksi. Dan itu telah saya sampaikan tanpa harus berteriak. Adalah salah kalau marah yang tidak jelas, sehingga yang dimarah-marahi harus menebak-nebak sendiri kenapa atasannya marah. Dan lebih gawat lagi kalau marah harus berteriak-teriak, apalagi berteriak di depan umum.”

Sudah cukup lama, kita mengenal HR FishFun, dengan salah satu filosofinya adalah: “Choose Your Attitude”. Dalam cerita di atas pun, ada pilihan untuk menanggapinya:  marah sambil berteriak, atau dengan pelan menjelaskan apa salahnya dan bagaimana memperbaikinya.

 

Saya mengambil pilihan kedua. Semoga HR FishFun tetap hidup di dalam tim di perusahaan terdahulu, dan juga terus tumbuh di perusahaan sekarang. (*)

 

Baca juga artikel HR FishFun terdahulu:

–       Fish Fun (Part 1)

–       Make Her Day (Part 2)

–       Choose Your Attitude (Part 3)

–       Kejutan untuk Orang Terdekat (Part 4)

Bookmark and Share

13 Responses to Apakah Marah harus Berteriak? (Fish Fun Part 5)

  1. gilang says:

    pemaparan yang menarik pak josef, mengenai menangani kesalahan anak buah, tapi apakah sikap tidak menunjukan kemarahan akan menimbulkan pandangan dari anak buah bahwa pimpinan kurang tegas terhadap kesalahan anak buah,karena ada anak buah yang akhirnya tidak takut berbuat salah karena berpendapat “toh cuma di tegur biasa saja”
    terimakasih pak untuk jawabanya.

    • josef josef says:

      Terima kasih Gilang atas komentnya. Kita semua punya urat “Malu” tapi tdk mau dipermalukan. Dengan menunjukkan kesalahannya, atau lebih tepat membuat dia menyadari kesalahannya, sudah membuat dia merasa malu. Kenapa harus dipermalukan lagi dengan suara lantang, apa lagi di depan orang lain sambil berteriak pula. Dalam cerita kesalahan anak buah, yang tepenting buat saya adalah dia menyadari atau dibuat sadar akan kesalahan, melakukan koreksi dan tdk mengulang lagi. Ada kisah lain yg akan saya posting, ada yg sdh nangis duluan, bahkan sebelum saya bicara dg dia. Mengapa ? Dia sadar akan kesalahannya. Masihkah perlu kita memarahi dia ? Pilihan di tangan Gilang !

  2. mudji says:

    Betul sekali Pak JOS,
    Marah ga perlu teriak2, karena akan menghabiskan energi & memberikan dampak yang tidak bagus untuk diri sendiri + orang lain, juga belum tentu yang dimarahi mengerti benar pokok utama kemarahan kita.
    2 minggu yll, saya marah sekali & teriak pada staff dikantor, karena sesuatu hal yang sangat prinsip.
    Mungkin karena tidak terbiasa marah, setelah marah, ternyata energi di badan ini seperti habis terkuras…;(
    Kebetulan hari itu hari Jum’at, & ternyata selama week end, masih sangat terasa efek kehabisan energi tsb.
    Dari pengalaman tersebut & teringat Fishfun, maka saya berjanji pada diri sendiri untuk tidak pernah mengulanginya lagi. Aamii..n..:)

    • josef josef says:

      Terima kasih Mudji atas sepotong sharing yang sangat bermanfaat, mengingatkan kita semua bahwa ternyata banyak energi yg ikut terkuras. Marah itu hanya salah satu pilihan, artinya masih ada pilihan lain. Sekali lagi terima kasih Mudji

  3. farida says:

    pengalaman yang menarik pak.. sekaligus sedikit mengelitik ttg L&N yang kehabisan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan Bpk mengapa harus berteriak. ^_^
    yep setuju pak, masing-masing pemimpin punya cara tersendiri dalam menyingkapi permasalah yang terjadi.
    sukses buat Pak Josef.
    kalau boleh saya ingin baca buku fish conceptnya pak? dapat saya beli dimana ya pak, karena itu buku lama sulit sekali saya mencarinya. T_T
    Thanks

  4. johny says:

    determinasi berada dalam genggaman kita yak Pak Jos, makasih share nya

  5. Filipus says:

    Terima kasih untuk share yang luar Biasa Pak Josef..benar2 pelajaran yang sangat berharga sekali..Hal tersebut membuat saya menjadi sadar bahwa marah (disertai dengan teriakan)hanya akan membawa masalah lain, misalnya membuat seseorang yang dimarahi menjadi “sakit hati”, sehingga message yang ingin disampaikan tidak diterima dengan baik. dan hal ini dapat pula mengakibatkan performance dari orang yang dimarahi menjadi lebih buruk dari sebelumnya.

    Sekali lagi terima kasih Pak Josef…

  6. Shin says:

    Selamat malam pak Josef. dari berbagai cerita pengalaman yang ada di blog ini saya sangat terkesan utk cerita ini. mengutip ucapan Aristoteles ” Siapa saja bisa marah. marah itu mudah. Tetapi, marah kepada orang yang tepat, dengan derajat kemarahan yang tepat, pada saat yang tepat, untuk tujuan yang tepat, dengan cara yang tepat – ini tidak mudah ” terima kasih untuk sharingnya pak, keep up the beautiful and inspiring story. thanks

    • josef josef says:

      dear Shin, saya suka quote dari Aristoteles tsb. Dan terima kasih juga untuk menyimak berbagai kisah di blog ini. Ikuti terus kisah2 berikutnya yang akan hadir setiap Selasa dan Jumat Pagi jam 08:00. Salam

Leave a Reply to mudji Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Connect with Facebook

Kisah Rp 10.000,00 yang Mengubah Hidupku

Recent Comments

josef:
Terima kasih Reinaldo. Saran sederhana sudah dicantumkan dalam komenmu: leader yang mau paham situasi, minta...

Vicario Reinaldo:
Terima kasih untuk sharingnya Pak Josef. Resonate sekali dengan saya yang sering membantu para...

josef:
Terima kasih catatannya mas Anton, setuju harus pandai membawa diri, dalam membangun trust dan respect dari...

Antonius:
Dear Pak Josef, Leader yang datang ke lingkungan baru jika tidak pandai-pandai membawa diri dengan suasana...

josef:
Terima kasih untuk ucapan selamatnya Rosita. Apakah sudah pesan buku ke 5? Kalau belum bisa gunakan link ini,...


Recent Post

  • Memasuki Lingkungan Baru
  • Menyikapi Teknologi Secara Bijak
  • Sejuta Senyum PEACE HR Society
  • Saling Menyemangati
  • Generosity of Spirit
  • Ciptakan Pengalaman Bermakna
  • Apa Yang Engkau Cari?
  • Asyiknya Belajar Bersama
  • Komitmen Perusahaan akan Peran Ibu
  • WFH – Working From the Heart