Posted on May 3rd, 2024
“In reality, humility means nothing other than complete honesty about yourself.” (William Countryman)
HARI ISTIMEWA bagi keluarga Lamalera, Lembata, Nusa Tenggara Timur: 1 Mei. Di desa Lamalera, setiap tahun diadakan rangkaian acara, dimulai dengan misa di pantai pada tanggal 30 April malam, untuk memperingati mereka yang telah meninggal dunia di laut saat mencari rezeki di laut. Pada tanggal 1 Mei pagi, diadakan lagi Misa di pantai untuk bersyukur akan kasih karunia Tuhan yang telah diterima selama ini, terutama kiriman rezeki ikan-ikan di laut Sawu. Kemudian akan diadakan pemberkatan semua perahu dan peralatan menangkap ikan, dan juga memberkati laut di pantai Lamalera, bahkan pastor nyebur masuk dalam air laut. Semua berdoa semoga kiriman demi kiriman rezeki di laut akan terus berlimpah untuk menghidupi semua keluarga di Lamalera, termasuk para janda dan lansia. (Terima kasih Martha Keraf untuk kiriman foto2nya)
Rendah Hati Di Puncak Tangga
Kami keluarga besar Lamalera di Jakarta dan sekitarnya juga merayakan misa untuk intensi yang sama. Empat nona ini sedang memperlihatkan tema perayaan kali ini di Jakarta: Suddu Lere-lere, hodi kopo lere. Secara harafiah, suddu lere-lere artinya tunduk/bungkuk serendah mungkin, hodi kopo lere artinya menerima kunang-kunang.
Kunang-kunang yang bercahaya melambangkan sinar cahaya sukses seseorang. Jadi makna di balik itu adalah, saat anda berada dipuncak, dengan sukses yang bersinar ke sekitarnya, hendaknya senantiasa membungkuk serendah mungkin, terus rendah hati. Jangan sombong. Ini pesan yang sengaja diangkat untuk mengingatkan kami semua keluarga Lamalera, baik yang sedang sukses di puncak anak tangga, maupun yang sedang menuju kesana, agar tetap rendah hati.
Parade Sarung Adat
Satu hal yang menjadi daya tarik untuk menghadiri acara ini adalah seakan kita menghadiri parade tenun ikat, desa Lamalera dan sekitarnya. Anggota koor Ina Leva Jakarta dibawah pimpinan nona Lia Keraf sepakat untuk mengenakan kaos seragam dan sarung tenun ikat.
Semua yang hadir, datang dari Jabodetabek, dengan niat tulus untuk memperingati momen penting ini, momen kebersamaan.
Sepenggal Puisi karangan Pater Bosco Beding SVD almarhum, sedikit menggambarkan siapa mereka yang hadir hari itu:
Aku Anak Nelayan
Oleh Bosko Beding, SVD
Aku anak nelayan
Ayahku anak nelayan
Begitu pula kakek dan moyangku
Darah nelayan mengalir di tubuhku
Daging dan urat-urat nelayan
membaluti tulangku
Ya, aku anak nelayan
Dari kulitku yang hitam berkilat
sampai ke urat dan sumsum
Orang peka menilai suara
Pasti tahu aku nelayan dari suaraku
Bila berbicara tak pernah halus (biarpun berdua)
Selalu dengan nada tinggi melengking
membuat urat-urat leherku tegang
membujur sepanjang leherku
………………………..
Lamalera Garda Terdepan
Dalam khotbanya, putra Lamalera Romo Cory Frans Liman CICM, mengangkat peran awam Lamalera, yang tidak lain adalah kakek moyang kebanyakan yang hadir hari ini, yang diutus sebagai pewarta Sabda Tuhan ke berbagai desa di pulau-pulau tetangga. Panggilan menjadi Imam Bruder dan Suster pun tumbuh subur di desa Lamalera, yang kemudian diutus ke berbagai tempat di dalam maupun luar negeri. Sementara itu kebersamaan masyarakat desa yang ditandai dengan hadirnya pohon Budi depan Rumah Adat Bataona, memperlihatkan bagaimana kakek moyang kita meramu kebersamaan di bawah pohon itu, mendiskusikan berbagai hal untuk diputuskan bersama.
Beberapa rekaman foto berikut turut mewarnai suasana sukacita hari itu.
Puisi pater Bosco Bedingpun berlanjut:
……………….
Aku anak nelayan
dilahirkan di sebuah desa nelayan
di mana penduduknya menggantungkan hidupnya
dari menangkap ikan semata
Aku anak nelayan
Ketika dilahirkan ibuku
pada tanggal hari bulan yang tak diketahui
kecuali bahwa itu terjadi di musim nale
ketika bau laut menerpa desa semata
lebih-lebih menjelang malam
……………
Banyak orang Lamalera kini, terus melayani, bukan saja sebagai rohaniwan rohaniwati, tapi melayani sesuai dengan panggilan tugas dalam karya di berbagai organisasi. Banyak yang juga menduduki posisi strategis. Sebagaimana keteladanan yang diwariskan nenek moyang, mereka diharapkan bisa menjadi contoh dalam keseharian dalam memimpin di berbagai perusahaan, terutama dalam mengangkat harkat hidup karyawannya sebagai insan ciptaan Tuhan.
“Becoming a dad means you have to be a role model for your son and be someone he can look up to.” (Wayne Rooney)
josef:
Terima kasih coach Helda, senang berbagi cerita untuk saling belajar diantara sesama coach. Salam sehat dan...
Helda Tan:
Nah,Pak Josef sdh jadi role model dari seorg good Coach nih. Saking melekatnya mindset coach di jiwa Pak...
josef:
Terima kasih sama2 Santi, yang terpenting adalah setelah menyadari ini, apa langkah nyata yg mau diterapkan...
Santi Sumiyati:
Terima kasih Pak Josef atas tulisannya yang dapat mendorong saya memiliki sudut pandang baru dalam...
josef:
Terima kasih sama2 mas Bram, semoga teman2nya bisa mengambil manfaat untuk persiapan mereka memasuki masa...
Selamat pagi Besa. Semoga tetap sehat dan semangat menjadi berkat hari ke hari. Terima kasih inspirasi ‘pulang kampunng’… ajakan memaknai filosofi kampung yg selalu up-to-date sampai kapanpun. Memang benar Besa, “sudu lere-lere”… membungkuk, merendah, adalah simbol menjadi pelayan Tuhan di manapun dalam bentuk apapun. Pelayan yg baik harus biasa “membungkuk” agar dapat menjangkau mereka yang kita layani. Seperti Yesus….”membungkuk” menyentuh dan membasuh kaki muridNya… simbol menjadi pelayan. Snareng plau nai untuk Besa dan keluarga.
Selamat pagi suster dan Terima kasih untuk ajakannya, selalu merendah. Catatan seperti itu, terutama kata-kata bijak dari nenek moyang kita seperti itu, perlu untuk kita jadikan pedoman hidup dan karya kita. Berkat senantiasa untuk suster.
Terima kasih pak Josef Bataona yang telah sharing bagaimana kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mengucap syukur akan berkat yang diberikanNya kepada kita.
Sebagai makhluk ciptaanNya yang diberi kuasa memelihara dan menggunakan selalu bersyukur yang ditunjukkan dengan upacara seperti ini. Dengan kegiatan ini kita benar-benar sujud dihadapanNya.
Ini dapat sebagai contoh bagi daerah lain yang sangat menjaga hubungan manusia dengan alam sekitarnya dan memelihara alamnya bukan merusak dengan eksploitasi sehingga tetap terjaga hubungan yang baik dengan alam dan alam bisa berkembang alami dan memberikan manfaat bagi kita disekitarnya.
Terima kasih pak Josef Bataona atas sharingnya.
Tuhan memberkati seluruh saudara-saudaraku di Lamahera Lembata. Amin
Terima kasih Tromol untuk komentarnya. Lain padang lain belalang lain lubuk lain ikannya. Banyak daerah yang punya adat istiadat yang terus dijaga agar tetap hidup, mengingatkan generasi muda tentang hidup damai bersama alam lingkungan sekitarnya. Semoga semua itu sungguh menjadi pengingat untuk kita semua terutama generasi penerus. Salam