Posted on January 24th, 2025
“People will forget what you said, people will forget what you did, but people will never forget how you made them feel.” (Maya Angelou)
KIRIMAN DARI SAHABAT. Selain artikel yang saya tuliskan sendiri, saya juga membuka ruang untuk sahabat yang mau memanfaatkan untuk mengulas materi yang berkaitan dengan tulisanku di blog atau dari buku yang saya terbitkan. Terima kasih pa Fery Herdiman untuk untaian kata-kata menginspirasi berikut ini.
Seni Memanusiakan Manusia
Oleh: Fery Herdiman
Tak sulit rasanya bagi saya untuk mendapatkan kiriman buku “Memanusikan Manusia, Seni Mengangkat Harkat Karyawan sebagai Manusia” ini dari penulisnya, Bapak Josef Bataona.
Suatu ketika, di awal Januari 2025, saya ingat-ingat seorang tokoh – seorang yang telah memanusiakan banyak orang – yang pernah saya temui lebih dari sepuluh tahun lalu.
Kala itu, saya mendapat undangan meliput diskusi buku berjudul “Kisah Rp10.000 yang Mengubah Hidupku” dari PPM Menteng, Jakarta Pusat. Waktu itu, saya bekerja di Harian Jurnal Nasional (Jurnas). Buku itu berisi kiat-kiat menempa diri menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu.
Ketika itu, saya membeli buku tersebut dan mendapatkan tanda tangan dari penulisnya yang sangat hebat. Betapa tidak, dia berasal dari ujung timur Pulau Flores, menempah diri di Jakarta, dan akhirnya berhasil menjadi seorang senior eksekutif.
Saat saya mengampirinya, Pak Josef langsung bertanya, “Siapa namamu?”. “Fery Herdiman,” jawab saya singkat. “Wow, Fery Hard-man, kamu seorang pekerja keras,” katanya.
Tak lupa, saya meminta nomor handphone-nya yang terus saja simpan hingga saat ini.
Sejak saat itu, saya pun menyematkan “pekerja keras” ke dalam nama Fery.
Memori tersebut kembali hadir di Januari 2025. Saya langsung mengambil handphone untuk menulis ucapan “Selamat Natal dan Tahun Baru 2025”. Maklum saja, ini masih di bulan Januari karena itu masih bisa menulis ucapan tersebut.
Saya mengirim ucapan Selamat Natal dan Tahun Baru 2025, dan beliau pun menjawabnya.
Saya kemudian mengamati foto profilnya. Di sana, ada foto beliau sambil memegang sebuah buku. Saya pun mengirim pesan WhatsApp, “Bukunya bagus Pak, terima kasih”.
Pak Josef menjawab, “Buku yang mana”? Kemudian saya mengirim tangkapan layar foto beliau sambil memegang buku.
Pak Josef kemudian menjawab “Kalau Pa Herdiman blm punya, bisa minta alamat untuk saya kirim”.
Betapa senangnya saya dan kemudian langsung mengirim alamat rumah.
Seperti bermimpi rasanya. Dari dialog yang sederhana itu akhirnya menghasilkan sesuatu yang besar. Bagi saya, buku adalah kado terbesar dan terindah. Saya pun teringat kata-kata pendiri Kompas/Gramedia, Bapak Jacob Utama, “Pencapaian tertinggi seorang jurnalis adalah menulis buku”.
Dua hari berselang, saya pun menerima kiriman buku tersebut. Tentunya saya tidak sabar langsung membuka, membolak-balik dan membaca beberapa bagian penting: Kata Pengantar, Pengantar Penulis, Apresiasi, Daftar Isi dan beberapa isi tulisan.
Buku ini ditulis oleh seorang praktisi Human Resources, sebuah bidang yang sangat penting, yang menentukan maju mundurnya sebuah perusahaan. Banyak buku yang menulis tentang Sumber Daya Manusia (SDM) berisi tentang hal-hal yang mengernyitkan dahi. Berbeda sekali dengan buku ini, enak dan ringan dibaca.
Jujur, saya baru membaca artikel “Mengelola Manusia, Bukan Mesin”. Sebuah tulisan pembuka yang menarik, dan menghela saya untuk terus membaca seluruhnya. Selain itu, buku ini juga menarik karena berisi artikel yang singkat, padat dan jelas. Jadi, bisa dibaca per artikel dan kita bisa mengambil jedah untuk merenungkannya.
Buku ini juga perlu dibaca – apalagi oleh para praktisi SDM. Yang pasti, sang penulis, menulis buku ini dari dan dengan hati. Betapa tidak, bidang sumber daya manusia telah mendarah daging dalam hidupnya.
Melalui tulisannya, penulis mengangkat harkat karyawan sebagai manusia dengan pendekatan sebuah seni. Layaknya sebuah seni yang terus dipelajari, menanusiakan manusia merupakan upaya yang berkepanjangan. Memanusiakan manusia adalah sebuah proses terus-menerus sekaligus sebuah proses “MENJADI.” (Manusia merupakan sebuah proses “menjadi”.)
Terima kasih pak. Itu baru komentar awal saya pak.
Saya angkat tulisan pa Fery seutuhnya, sambil mengundang teman-teman lain untuk juga melakukan review dari perspektif mereka.
“Without appreciation and respect for other people, true leadership becomes ineffective, if not impossible.” (George Foreman)
josef:
Terima kasih coach Helda, senang berbagi cerita untuk saling belajar diantara sesama coach. Salam sehat dan...
Helda Tan:
Nah,Pak Josef sdh jadi role model dari seorg good Coach nih. Saking melekatnya mindset coach di jiwa Pak...
josef:
Terima kasih sama2 Santi, yang terpenting adalah setelah menyadari ini, apa langkah nyata yg mau diterapkan...
Santi Sumiyati:
Terima kasih Pak Josef atas tulisannya yang dapat mendorong saya memiliki sudut pandang baru dalam...
josef:
Terima kasih sama2 mas Bram, semoga teman2nya bisa mengambil manfaat untuk persiapan mereka memasuki masa...