Posted on March 5th, 2021
“Whether you choose to write a few sentences in a gratitude journal or simply take a moment to silently acknowledge all that you have, giving thanks can transform your life. (Amy Morin)
SETIAP HARI kita berhadapan dengan banyak hal yang patut disyukuri. Yang nampak kecil ataupun besar. Yang kelihatannya rutin sehari-hari atau jarang tampil. Yang kasat mata atau luput dari pengamatan kita. Singkat kata, banyak. Namun pernakah kita luangkan waktu sejenak, dalam keheningan penuh kesadaran mencermati dan menemukan hal-hal yang patut disyukuri? Pertanyaan berikutnya, berapa banyak dari hasil pengamatan tersebut yang kita syukuri? Ataukah kita anggap sesuatu yang seharusnya terjadi, take it for granted?
Inspirasi dari Murid SD
Mereka yang sering mengikuti sesi saya, tentu familiar dengan slide terakhirku ini.
Suatu waktu, sekembalinya dari Lampung saya membawa oleh2 untuk putri rekan direksiku yang berasal dari Filipina, krupuk kemplang kesukaannya. Anak ini, Chelsea Gomez, masih duduk di bangku SD. Setelah menerima oleh2 ini, spontan dia mengambil kertas HVS, digunting, kemudian dengan crayon dia membuat kartu ucapan terima kasih yang dikirimkan kepada saya keesokan harinya melalui papanya. Saya tertegun menerima kartu ini, saya sungguh terinspirasi, betapa bermaknanya kartu itu berbicara kepada saya, atau persisnya betapa dalamnya anak itu berbicara kepada saya melalui kartu. Sayapun berkomentar kepada rekan direksi tersebut:
Karena itu sebagai balasan ucapan terima kasih kepada dia, Chelsea Gomez, saya ingin minta izin agar kartu ini saya bisa jadikan sebagai slide terakhir saya dalam setiap presentasi, baik internal di perusahaan, ataupun di publik.
Membiasakan Diri untuk Bersyukur
Dalam tulisannya di healthline.com, berjudul: The Benefits of Gratitude and How to Get Started, Bethany Fulton memberikan beberapa contoh membangun kebiasaan Mensyukuri:
You can practice gratitude in lots of different ways, like:
Istrikupun sering menasehati adik-adik di rumah, bahwa selain mensyukuri dengan ucapan, perlu juga dengan perbuatan. Misalnya dengan berbagi rezeki yang kita terima, atau mendoakan mereka yang telah membuat hidup kita menjadi seperti ini.
Jurnal 21 Hari
Adalah ka Paulus TW yang berbagi di program Shani (Sharing Alumni sebuah komunitas pembelajar ) dengan judul Bersyukurlah Senantiasa. Selain berbagi pengalaman sendiri, beliau juga mengajak peserta untuk melakukan latihan selama 21 hari. Tugasnya sederhana, menuliskan lima butir syukur setiap hari di jurnal masing-masing, kalimatnya dimulai dengan: Saya bersyukur ……..
Kelompok WA dibuat agar kami saling berbagi isi jurnal masing-masing setiap hari. Saya adalah salah satu diantaranya. Selain ini merupakan komitemen secara publik (diketahui banyak orang), kita bisa saling menyemangati agar tetap disiplin
Menulis lima butir nampaknya gampang kan? Tunggu dulu. Aturannya juga gampang. Setiap hari kita menulis jurnal dan dibagi di group WA, mulai dengan jurnal 1/21, 2/21 dan seterusnya. Bilamana pada satu titik tertentu kita lupa membaginya di WA group, misalnya pada hari ke 15, maka kita harus mulai lagi dari 1/21 di hari berikutnya. Ini akan membuat kita disiplin, fokus dan secara sadar mencermati berbagai hal disekitar kita, yang kecil ataupun besar. Setelah selesai menulis, kita dianjurkan untuk membacanya kembali. Ini semacam afirmasi. Saat tulisan ini anda baca, kami teruskan latihannya dari 21 menjadi 30 hari.
Mengapa 21 Hari?
Tulisan Celes di Blog Personal Excellence, berjudul 21 Days to Cultivate Life Transforming Habits memaparkan bahwa bukan saja kepercayaan yang sudah lama ada tapi juga berdasar studi ilmiah (baca di link diatas), bahwa diperlukan 21 hari untuk membangun kebiasaan baru. Bukan saja membangun kebiasaan baik tapi juga untuk menghentikan kebiasaan buruk, seperti menghentikan minum alcohol atau merokok. Dan syarat utamanya adalah harus melakukannya 21 hari terus menerus tanpa berhenti. Bila di tengah jalan terputus, maka harus mulai dari hari pertama lagi.
Bila dipecah lagi dalam periode tiga mingguan, maka yang ditemukan adalah:
Week 1: Induction: saat kita bersemangat dengan program ini, terutama karena kita sudah siap mental untuk itu.
Week 2: Resistance: saat kita menghadapi resistance, yang bisa menggoda untuk berhenti, atau tidak disiplin menjalankannya, dengan berbagai alasan. Bila niatmu jelas dan direncanakan matang, anda bisa mengatasi ini.
Week 3: Integration: stage of the flow, dimana kebiasaan baru ini sudah menjadi gaya hidup, saat anda menyadari ternyata yang tadinya terasa tidak mungkin, ternyata mungkin. Di titik ini, anda sudah mengintegrasikan kebiasaan baru dalam kehidupanmu. Selengkapnya, baca tulisan Celes di blog tersebut diatas, dimana dia menceritakan berbagai contoh yang dia sendiri lakukan.
Manfaat Perilaku Mensyukuri
Dalam tulisannya di Forbes, Januari 2021, dengan judul Gratitude Is Good: Why It’s Important And How To Cultivate It, Tracy Brower mengajak kita untuk memupuk Gratitude. Terutama di saat pandemic masih berlanjut, katanya: For wellbeing, happiness, performance and patience, cultivate gratitude.
Berikut beberapa manfaat dari Mensyukuri
Studi lain memperlihatkan bahwa mereka yang banyak menerima apresiasi/ucapan terima kasih di tempat kerja umumnya tidurnya nyenyak, kurang sakit kepala, lebih sehat pola makannya dan lebih puas di tempat kerja. Saat anda merasa senang akan sesuatu dan mengekspresikannya, maka orang lainpun akan merasa senang.
Dalam banyak kesempatan, saya terus mendorong teman-teman untuk menuliskan butir2 pengalaman yang patut disyukuri setiap hari. Hanya beberapa menit sebelum tidur. Saat tulisan itu dibuat, kemudian dibaca kembali, pikiran kita memasuki situasi hening, tenang, damai menyimak karunia yang diperoleh yang patut disyukuri.
“Gratitude can transform common days into thanksgivings, turn routine jobs into joy and change ordinary opportunities into blessings.” (William Arthur Ward)
josef:
Terima kasih Mudji, semoga sehat selalu. Kalau bisa bicara pasti bisa menulis. Yang diucapkan kalau dituangkan...
Mudji:
Masyā Allāh, bahagia sekali baca tulisan Pak JOS & semua sharingnya… Ternyata ketidak-pedean menulis...
josef:
Terima kasih Abu Azzam sudah menyimak cerita di blog ini. Saya sudah email link untuk pesanan buku online...
-:
Coach, saya dari papua barat, saya sangat berminat untuk memiliki bukunya “leader as meaning maker”....
josef:
Terima kasih Tasha untuk kunjungannya ke blog ini dan menyimak tulisan2 yang saya hadirkan disini. Bila terasa...
Selamat sore Pak Josef…tulisan ini luar biasa mencerahkan. Tulisan Bapak mengingatkan saya, untuk selalu bersyukur setelah sekian lama “lupa” dan menganggap yang ada saat ini adalah “biasa sebagaimana adanya”. Selain itu, Bapak juga memberikan tips bagaimana mengubah perilaku untuk selalu bersyukur. Terima kasih Pak Josef untuk pencerahannya kembali.
Terima kasih sama2 Santi, yang penting adalah kedepan, luangkan waktu sejenak untuk mencermati berbagai hal setiap hari yang layak untuk kita syukuri. Salam sukses