Posted on February 5th, 2016
“In every endeavor, people make the difference, and just one person has the power to make a profound difference in the lives of so many people.” (Lowell Milken)
MEMBAHAS HUMAN RESOURCES atau Human Capital, masih banyak yang fokus pada Human Resources Department. Padahal esensi dari pembahasan seperti itu adalah bagaimana mengelola Manusia yang ada di sebuah perusahaan yang punya ragam potensi untuk memajukan perusahaan.
Yang punya tim adalah para managers, di manapun mereka berada. Hanya saja kita perlu juga membekali para manager dengan strategi mengelola manusia, di samping strategi untuk mengelola keuangan atau sumber daya lainnya. Dengan demikian kita akan datang kepada pemahaman yang sama, bahwa keberhasilan seorang manager dalam berkarya, tergantung pada kemampuannya mengelola potensi manusia yang berada di bawah pimpinannya. Kata Jim Collins dalam bukunya ‘Good to Great’: “Great vision without great people is irrelevant.”
Berkelanjutan
Dalam posting terdahulu, yang berjudul: “HR Strategic Focus Menghadapi MEA”, saya kedepankan pentingnya membenahi strategi bidang Sourcing, pencarian dan penerimaan talenta baru. Mereka akan dikembangkan melalui program terpadu untuk mengisi berbagai posisi yang teridentifikasi lowong dalam tiga, lima atau sepuluh tahun mendatang. Dan proses ini hendaknya dilakukan secara berkelanjutan. Tapi ini juga berarti, sang karyawan tidak hanya menunggu.
Asumsi lowongan di masa mendatang, prediksi ketersediaan talent demi suksesi yang berkelanjutan, tidak bisa didasarkan pada prediksi situasi normal. Elemen yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana membuat karyawan, terutama yang diunggulkan untuk tetap tinggal di perusahaan lebih lama lagi.
Dan dari aspek ini, saya tidak pernah percaya bahwa uang bisa memainkan peran ini, walaupun masih banyak yang beranggapan uang bisa membeli segalanya, termasuk retention. Uang akan hanya mengantar mereka yang “dissatisfied” menjadi “no longer dissatisfied” atau dengan kata lain, mengantarnya ke zona netral, tidak lagi tidak puas.
Untuk melambungkan ke zona “satisfied” diperlukan kejelian setiap manager untuk menggunakan berbagai perangkat yang tersedia atau yang dirancang untuk merangkul. Nama kerennya: Engagement, atau istilah baku dalam Bahasa Standar Kompetensi Nasional disebut Keterlekatan.
Retention ini berkaitan erat dengan “Employee Value Proposition” yang akan saya bahas di topik terpisah. Tapi kali ini, karena pemaparan ini adalah di depan mahasiswa, saya mengangkat lebih dahulu aspek persiapan individu.
Mereka yang Siap Akan Diuntungkan
Perusahaan boleh saja mempunyai program terpadu dalam mempersiapkan talent untuk masa depan. Namun demikian, saya ingin menyodorkan pemikiran untuk setiap individu secara proaktif merancang perjalanan masa depannya. “You create your own future”. Jack Welch bilang, “Kalau Anda tidak menentukan tujuan akhirmu, orang lain yang akan memutuskan untukmu.” Dan belum tentu itu sesuai.
Beberapa butir penting dalam persiapan individu tersebut:
Di depan timku di Perusahaan, saya pun tidak henti-hentinya memaparkan hal tersebut di atas. Namun dalam konteks MEA, kembali morning briefing mengangkat tema persiapan tersebut di atas, yang langsung hadir di FISHWORLD CHR, media yang kami rancang untuk mengkomunikasikan berbagai inisiatif.
Melalui latihan sederhana di atas, diharapkan ada juga kontribusi proaktif dari karyawan sendiri untuk bisa tinggal lebih lama, karena ada nilai tambah yang akan diperoleh di perusahaan ini. Langkah ini sekaligus merupakan bagian dari persiapan untuk masa depan karyawan tersebut, di manapun dia dipanggil untuk melayani.
“People create their own success by learning what they need to learn and then by practicing it until they become proficient at it.” (Brian Tracy)
josef:
Terima kasih tanggapan Kelana. Tidak mau membalas argumen juga merupakan pilihan. Namun kalau argumen...
kelana:
halo pak josef, bagaimana cara upgrade rasa PD, saya tidak ragu dengan kemampuan tapi terkadang tidak mau...
josef:
Terima kasih, kalau insight yg Rolin dapat juga dibagi ke teman2, akan bertambah kaya ilmu Rolin. Salm
Rolin:
Terimakasih selalu menginspirasi,Pak Josef. Seperti sumur, semakin dalam digali, semakin jernih airnya
josef:
Terima kasih mba Nurlita Magdalena, sudah sempatkan menyimak kisah di blog ini dan memberikan komennya. Sukses...