Gaya Hidup Saat Purna Bakti

Posted on March 24th, 2023

“Life is your artwork. Create it! No one else can do it for you. You create it by seeing life, and living it to its fullest.” (Max Ehrmann)

BERCERITA MEMBAGI PENGALAMAN. Betul sekali, saya diminta untuk mengisi pembekalan bagi yang mendekati pensiun dengan cerita pengalaman nyata. Mereka mengharapkan cerita dari yang sudah pensiun: saat membuat rencana jelang purna bakti. Juga apa yang terjadi saat sudah purna bakti, tantangan apa yang dihadapi dan bagaimana menyikapinya.

Beberapa Faktor Penting

Sebetulnya sejak kita dilahirkan, kita sudah banyak sekali mengalami perubahan, baik itu direncanakan ataupun tidak. Dan kalau kita masih ada saat ini berarti kita sudah melewati situasi-situasi sulit, entah besar atau kecil. Bisa saja diatasi seorang diri atau bersama yang lain.

Memasuki masa purna bakti, kita bukan saja menghadapi perubahan rutinitas, tapi perubahan hidup yang bisa berdampak pada pola pikir, pola perilaku dan pola hidup secara menyeluruh. Hubungan kita dengan orang sekitarnyapun akan berdampak.

Banyak perusahaan menyadari hal ini dan berusaha untuk mempersiapkan karyawannya dalam memasuki masa purna bakti.

 

Sukacitapun Perlu Dipersiapkan

Saat saya diminta untuk membagi pengalaman di hadapan sekitar 24 pasangan, saya sengaja memilih judul: Hidup Penuh Sukacita Saat Purna Bakti. Paparan saya menitik-beratkan pada:

  1. Persiapan yang dilakukan sebelum Pensiun. Dan persiapan itu saya lakukan dengan mengajak diskusi keluarga: istri dan anakku. Alasan utama adalah, banyak prioritas yang akan berdampak pada seluruh keluarga, termasuk rencana sekolah anak.
  2. Beberapa mitos yang beredar di tengah masyarakat, yang perlu disikapi secara positif. Misalnya para lansia itu pikun, rapuh dan sakit-sakitan. Kalaupun kenyataan yang dialami beberapa orang adalah seperti itu, apa yang perlu dipersiapkan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan itu.
  3. Persiapan finansial memang penting, tapi bukan satu-satunya. Kita perlu jiwa dan tubuh yang sehat untuk memungkinkan kita leluasa menjalankan berbagai aktivitas saat purna bakti.

 

Dalam merancang hidup purna bakti, mungkin kata-kata Patrick berikut ini bisa dicermati: Retirement is a blank sheet of paper. It is a chance to redesign your life into something new and different. (Patrick Foley)

 

Momen pembekalan digunakan juga untuk membuat daftar dari berbagai aktivitas yang akan dilakukan saat purna bakti, baik itu merupakan sumber penghasilan, ataupun sebagai hobi demi meningkatkan kegembiraan.

 

Gaya Hidup Bukan Biaya Hidup

 

Banyak teman yang sudah purna bakti, merasa nyaman karena sudah mempersiapkan diri dengan matang, terutama dalam kaitan dengan sumber pendanaan. Diatas kertas mereka akan bisa mencukupi biaya hidup mereka. Ada satu faktor lagi yang teramat penting yang sering diabaikan adalah GAYA HIDUP. Dan gaya hidup ini kalau tidak disesuaikan dengan sumber pendapatan, maka akan menggerus kantong kita dengan cepat.

Seorang peserta bertanya tentang contoh gaya hidup yang kami alami. Saya dan istriku bermain golf, karena saat masih aktif ada golf club di perusahaan, yang memang tujuannya untuk networking. Saat merencanakan pengeluaran di saat purna bakti, kami cantumkan akan mengurangi pengeluaran untuk bermain golf dan tidak akan membeli Club Golf baru. Kamipun masih terus bermain golf sesudah pensiun. Di suatu titik kami bertanya pada diri sendiri: apakah terus bermain golf itu olah raga yang menunjang gaya hidup atau bisa memberikan manfaat bagi banyak orang. Jawaban jelas untuk kami: ini gaya hidup yang mahal, nilai olahraganya bisa didapat dari kegiatan olahraga lain, dan dana golf bisa untuk memberikan manfaat bagi banyak orang. Dan waktu yang digunakan untuk golf, bisa juga untuk kegiatan lainnya. Usai diskusi ini, kami berdua memutuskan untuk berhenti bermain golf.

Jadi ternyata yang sering sulit dihadapi adalah menyesuaikan GAYA HIDUP bukan Biaya Hidup. Karena itu ajak diskusi anggota keluarga dan rencanakan secara bijak.

 

“Retirement is a new beginning, and that means closing the book on one chapter in order to begin the next.” (Sid Miramontes)

Bookmark and Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Connect with Facebook

Kisah Rp 10.000,00 yang Mengubah Hidupku

Recent Comments

josef:
Terima kasih sama2, Setelah jadi ASM Jambi bertugas kemana lagi? Salam sehat selalu

Nurul Huda (pangkas rambut denbagus ) jl.raya aya Maleber Kuningan jabar:
Bagus sekali pemikiran dari Dr.David...

josef:
Terima kasih mba Indri, kita semua belajar dari pengalaman praktis banyak perusahaan. Tujuannya tentu saja...

Indrijati Rahayoe:
Keren sekali paparan ringkasan dr ajang HR Excellence Award 2023 ini. Terima kasih pak Josef dan...

josef:
Silahkan Farid, dengan senang hati. Simak juga 860 artikel lainnya di blog ini. Salam


Recent Post

  • Bahagia Karyaku Diakui
  • Sarapan Onde2 Bersama Socrates
  • Humanizing Working Place
  • Jeli Mencermati Ragam Perlakuan
  • Nilai Karyawan Berpengalaman Jelang Pensiun
  • Harkat Karyawan Sebagai Manusia
  • Investasi Untuk Pengembangan Diri
  • Gaya Hidup Saat Purna Bakti
  • Menggali Potensi Tim
  • Bercerita Melalui Buku