Tidak Sempat Untuk FUN?

Posted on June 12th, 2015

“There is no doubt that creativity is the most important human resource of all. Without creativity, there would be no progress, and we would be forever repeating the same patterns.” (Edward de Bono)

MASIH SEGAR di ingatan saya komen teman berikut ini:

“Maaf, kami tidak sempat. Terlalu sibuk dengan pekerjaan. Lihat saja hari-hari harus lembur. Pokoknya fokus kami adalah pada pekerjaan. Tidak ada waktu untuk having FUN.”

Itu adalah komen seorang kawan beberapa tahun lalu ketika mendengar tentang kegiatan FishFun. Namun, hari itu di akhir Mei, ketika saya berbagi implementasi FishFun, masih ada yang bertanya dalam obrolan santai sesudahnya: “Bagaimana kami memulai di perusahaan ini, kalau semuanya pada serius kerja?”

Love Your Job

Sudah pernah mendengar pernyataan ini: Love Your Job? Mungkin banyak akan menjawab dengan YA. Artinya mereka menyukai pekerjaannya. Artinya pekerjaannya itu sendiri adalah FUN. Tapi apakah definisi FUN untuk semua orang sama? Jawabannya adalah TIDAK.

Kawan lain bercerita:

“Kami sempat mengamati bahwa ditempat kerja kami, begitu bekerja, kebanyakan karyawan kami mulai memasang earphone untuk mendengarkan musik sambil kerja. Lalu kami mengambil inisiatif untuk meminta mereka melepaskan earphone tersebut dan kami akan memutar musik secara sentral. Ternyata banyak benar complain, karena musik apa saja yang diputar tidak akan memenuhi selera semuanya. Padahal kami sudah memilihkan musik yang paling bagus.”

Pertanyaan awal: Paling bagus buat siapa? Inisiatif ini untuk menyenangkan siapa?

Pertanyaan seperti itu penting dijawab, karena merupakan kunci dalam implementasinya. Teman itu bahkan mencoba meyakinkan saya bahwa sulit diimplementasi, kalau tidak dikatakan “Tidak Mungkin”.

Saya teringat kata-kata bijak:

“If you hear a voice within you say, ‘You cannot paint,’ then by all means paint, and that voice will be silenced.” (Vincent van Gogh)

Konsep Sederhana Melibatkan Ketulusan Hati

Dalam blog ini, kalau dicari dengan entry Fish Fun bisa ditemukan 56 postingan berkaitan dengan konsep maupun penerapan yang sudah saya jalankan sendiri bersama tim di tiga perusahaan yang berbeda, yang punya jumlah karyawan dan lingkungan yang berbeda. Berbagai pengalaman nyata seperti itu yang coba saya bagi kepada teman-teman di Komunitas OneHR Indonesia. Antusias teman-teman menyimak konsep ini direkam dalam pesan Twitter keesokan harinya sebagai berikut:

Komunitas OneHR_ID

Dasar Falsafah FishFUN adalah:

  • Choose Your Attitude
  • Play
  • Be There
  • Make Their Day

Falsafah ini ditemukan dalam praktek di Pasar Ikan Pike Place, Seattle, Amerika. Ini dalam konteks mereka bekerja menjual ikan secara FUN, sambil juga mengajak para pelanggannya untuk ambil bagian dalam kegiatan FUN mereka.

Praktek itu hanya memberi inspirasi. Tapi bagaimana kita membawanya ke tempat kerja, tergantung dari kreativitas semua yang mau terlibat, karena lingkungan kerja kitapun berbeda-beda. Saya sengaja sebutkan “kreativitas semua yang terlibat” karena kita ingin semua yang menjadi target adalah obyek sekaligus subyek. Dan kreativitas dari masing-masing anggota sangat menentukan.

Apa yang Ditunggu?

Kembali ke komentar kawan di atas: “kami tidak sempat untuk itu”. FishFun hanya salah satu pendekatan yang digunakan untuk menciptakan Lingkungan Kerja yang menyenangkan semua pihak. Tapi, apapun pendekatan itu, tujuannya adalah agar selama 8 jam atau lebih kita bersama di tempat kerja, kita merasa nyaman, gembira, FUN.

Konsep FishFun ini melibatkan semua tim (konsep lainpun mestinya demikian), diharapkan akan membangun juga kerja sama tim, karena kita lebih bisa mengenal satu sama lain. Tidak kalah pentingnya adalah kreativitas yang diterapkan akan sekaligus menumbuhkan antusiasme dalam bekerja. Ujung-ujungnya kita bisa mengharapkan peningkatan produktivitas kerja individu maupun tim.

Kalau demikian logikanya, apa yang masih ditunggu? Masih merasa tidak punya waktu untuk merancang lingkungan kerja yang FUN? Jawaban sekaligus pilihan ada di tangan masing-masing kita.

“A rock pile ceases to be a rock pile the moment a single man contemplates it, bearing within him the image of a cathedral.” (Antoine de Saint-Exupéry)

Bookmark and Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Connect with Facebook

Kisah Rp 10.000,00 yang Mengubah Hidupku

Recent Comments

josef:
Semangat pagi Santi, terima kasih untuk terus menyimak tulisan di blog ini. Semoga bermanfaat, terutama dalam...

Santi Sumiyati:
Selamat pagi Pak Josef. Membaca tulisan Bapak seperti “me-recharge daya” pikiran dan...

josef:
Terima kasih Reinaldo. Saran sederhana sudah dicantumkan dalam komenmu: leader yang mau paham situasi, minta...

Vicario Reinaldo:
Terima kasih untuk sharingnya Pak Josef. Resonate sekali dengan saya yang sering membantu para...

josef:
Terima kasih catatannya mas Anton, setuju harus pandai membawa diri, dalam membangun trust dan respect dari...


Recent Post

  • Mindset Sehat Penuh Syukur
  • Memasuki Lingkungan Baru
  • Menyikapi Teknologi Secara Bijak
  • Sejuta Senyum PEACE HR Society
  • Saling Menyemangati
  • Generosity of Spirit
  • Ciptakan Pengalaman Bermakna
  • Apa Yang Engkau Cari?
  • Asyiknya Belajar Bersama
  • Komitmen Perusahaan akan Peran Ibu