Posted on August 12th, 2022
“No amount of money or success can take the place of time spent with your family.” (Unknown)
WAKTU ADALAH UANG. Demikian ungkapan yang sering kita dengar, baca atau mungkin sering kita ucapkan. Tak ada yang salah. Bahkan di perusahaanpun banyak yang menghitung upah dikaitkan dengan hari atau jam seseorang bekerja. Saat membaca judul tulisan ini, mungkin ada yang mulai membagi sebulan gaji dengan 172 jam kerja sebulan. Namun apakah rumusan itu berlaku mutlak? Apakah relevan di semua aspek kehidupan diukur dengan uang? Saat saya menemani putriku mewarnai gambar ini, saya bahkan tidak menyadari berapa jam yang kami lalui bersama, dan jam-jam tersebut pasti lebih bernilai dari uang. Yang penting kami nikmati suasana seperti itu.
Lebih Bernilai Daripada Uang
Cerita berikut ini sudah lama didengar, dan mungkin sering didengar, namun kembali muncul berkali-kali. Bahkan saya juga masih temukan di 27 Januari 2020, melalui link: A STORY ABOUT TIME AND MONEY WITH A DAD AND SON – Childlink Learning Center And Childlink High School, Inc.
Seorang ayah baru pulang kerja. Dalam keadaan letih, dia menemukan putranya menunggu di depan pintu dan bertanya:
Anak: Ayah, boleh aku bertanya?
Ayah: Tentu saja boleh
Anak: Berapa gaji ayah sejam?
Ayah: (Sambil marah) Bukan urusanmu, mengapa bertanya hal demikian?
Anak: Saya hanya ingin tahu, Tolong ayah, berapa gajimu sejam?
Ayah: Bila kamu harus tahu, gajiku $50 sejam
Anak: (Sambil tunduk memberi hormat) Oh …
Setelah hening sejenak …
Anak: Ayah, boleh saya pinjam $25?
Ayah: (Dengan geram, ayahnya berkata) Kalau alasanmu menanyakan gajiku hanya untuk pinjam uang untuk beli boneka dan barang yang tak berguna, pergilah ke kamarmu dan tidur. Pikirkan, mengapa engkau begitu egois. Saya bekerja keras tiap hari bukan untuk beli mainan tak berguna.
Anak itu pergi ke kamarnya dan menutup pintu, sementara ayahnya duduk dan merenung bahkan semakin marah karena pertanyaan anaknya, hanya untuk pinjam uang.
Sejam kemudian, setelah lebih tenang, sang ayah mulai berpikir, jangan2 ada yang anaknya perlu beli dengan uang $25 itu. Dia jarang minta uang. Kemudian dia melangkah ke depan ruang anaknya, mengetok pintu kemudian membukanya.
Ayah: Apakah sudah tidur nak?
Anak: Belum, ayah, saya belum tidur.
Ayah: saya kepikiran, ayah terlalu keras padamu. Hari ini ayah memang capek sekali. Ini uang $25 yang kamu minta.
Anak itu bangkit sambil tersenyum dan berkata: Terima kasih ayah. Kemudian dia mengangkat bantalnya dan mengeluarkan uang yang dia simpan disana.
Ayah yang melihat anaknya sudah punya uang, kembali marah. Anak itu sibuk menghitung uangnya, dan kemudian menatap ayahnya.
Ayah: Mengapa kamu minta uang lagi, padahal engkau sudah punya
Anak: Karena punyaku belum cukup, tapi sekarang sudah cukup.
Sambil menyodorkan uang berjumlah $50 kepada ayahnya, anak itu meminta,
Anak: Saya sekarang sudah punya uang $50. Bolehkah saya membeli waktumu satu jam? Besok, ayah pulang lebih awal agar saya bisa makan malam bersama ayah.
Ayahnya bagai disambar petir, tak bisa berkata apa-apa. Ia kemudian memeluk anaknya sambil meminta maaf.
Cerita diatas terus mengingatkan kita, bahwa keluarga memang membutuhkan uang untuk hidup, namun ada nilai yang lebih tinggi yang mempersatukan kita sebagai keluarga, dan lebih penting dari uang.
Kebersamaan Keluarga Jauh Lebih Bermakna
Putriku pulang dari luar kota, acara outing 3 hari, Kami membayangkan, selain FUN, tentu juga kurang tidur dan melelahkan dan tentu perlu istirahat. Saya kirim pesan WA untuk menjemput setibanya di bandara, Tapi dia menolak, karena banyak taksi di bandara yang bisa dia gunakan. Setelah saya jelaskan alasannya, akhirnya dia ok.
Perhitungan kami, jarak bandara ke rumah antara 1 sampai 1.5 jam. Sepanjang jalan dia bisa banyak bercerita tentang acara outingnya. Bagian yang FUN, kegiatan yang banyak tantangan, acara yang memotivasi, dan tentu hal2 surprise yang tidak dia duga. Ceritanya penuh semangat, sampai tidak terasa 1.5 jam sudah berlalu dan kami sudah tiba di rumah, dimana makan siang sudah siap.
Saat saya masih aktif bertugas, saya sering melakukan perjalanan ke luar negeri. Suatu saat, sekembalinya ke tanah air, bersama atasanku, kami berjumpah dengan istriku yang menjemput dan sudah menunggu di luar. Dengan sedikit tercengang, atasanku bertanya, apakah biasa seperti ini, dijemput oleh istri? Sayapun mengangguk sambil menceritakan alasannya. Pulang ke rumah saat itu, bisa ditempuh dalam 2 jam. Dengan menjemput saya, dua jam itu bisa digunakan untuk menceritakan semua yang terjadi selama saya pergi, dan saya juga menceritakan apa yang terjadi selama perjalanan dinas beberapa hari tersebut. Waktu dua jam dapat kami manfaatkan secara efektif, dan kami sangat menyukainya.
Itu alasannya, mengapa kami juga menawarkan untuk menjemput putri kami dari bandara. Sejam dua jam sangat berarti untuk kebersamaan, sambil berbagi cerita. Dan ini jauh lebih bermakna daripada uang.
“Love your family. Spend time, be kind and serve one another. Make no room for regrets. Tomorrow is not promised and today is short.” (Unknown)
josef:
Thank you coach Helda for your insightful comment. Setuju, let us become life long learner to become a better...
Helda Tan:
Love this article Pak Josef. Setuju sekali terhadap penekanan Coaching Mindset yg benar utk menjadi...
josef:
Thank you pa Heru for the opportunity to learn together. Appreciate also your time and effort to visit and...
Heru Hardoyo:
Thanks for your inspiring sharing Pak. Keep on inspiring and enlightening
josef:
Terima kasih pa Danang Arief sudah mengunjungi blog dan menyimak tulisan ini. Benar sekali perilaku anggota...
Menyentuh sekali,Pak
Terima kasih Rolin, kita semua terus belajar. Salam