Posted on September 6th, 2022
“Do not spoil what you have by desiring what you have not; remember that what you now have was once among the things you only hoped for.” (Epicurus)
PERSIAPAN sudah matang. Tiket hotel dan program tour sudah lengkap. Semuanya sudah dibayar. Jelang 1 Agustus terdengar riak kecil dari Labuan Bajo yang sempat menarik perhatian kami. Melalui kontak yang kami punya, kami terus memonitor dan mendapatkan update tentang situasi terkini di Labuan Bajo. Memasuki tanggal belasan di bulan Agustus kami mendapatkan kepastian bahwa situasi aman terkendali, semua program kami akan berjalan lancar.
Dari hotel tempat kami menginap, bisa dilihat berbagai kapal yang berlabu disana, baik untuk keperluan Pariwisata atupun untuk kebutuhan ekonomi lainnya termasuk penangkapan ikan. Foto ini membawa berita gembira tentang bangkitnya ekonomi masyarakat Labuan Bajo pasca pandemic.
Kampung Ujung berbicara lantang
Baik teman-teman yang sudah lebih dahulu berkunjung ke Labuan Bajo, maupun tour organizer memang merekomendasikan untuk kami makan malam di restoran di Kampung Ujung. Ternyata ada banyak restoran berderet sepanjang jalan dan masing-masingnya sudah menghadirkan berbagai macam ikan, cumi, udang, kepiting untuk bisa dipilih oleh pengunjung untuk makan malam.
Begitu banyak turis yang datang untuk makan malam disana. Ini saja sudah memberikan indikasi perputaran ekonomi di daerah ini pada malam hari. Dari satu foto tersebut bisa dilihat, selain yang sudah mendapatkan tempat duduk untuk makan, masih banyak juga yang antri menunggu giliran. Sementara itu senyum pemilik restoran dan penduduk yang jual kain dan pernak-pernik perhiasan lokal nampak gembira menawarkan produk mereka.
Fresh dan Nikmat
Ikan laut yang kami pilih baik untuk dibakar maupun untuk kuah asam, ataupun udang, cumi, semuanya segar dan manis. Ditemani dengan pilihan kelapa muda atau minuman dingin yang tersedia.
Obrolan diantara kami bertambah seruh karena walau makan malam, kami lupa akan porsi yang sudah kami asup. Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 21:00. Dan yang lebih mengagumkan lagi, antrian untuk makan masih ada, dan menurut pemilik resto tempat kami makan, katanya masih ada 24 orang menunggu di hotel untuk ditelpon kalau meja makan sudah kosong. Nunggu di hotel? Menurut pa Oyan yang menemani kami, katanya di Labuan Bajo jalan serba 15 menit, semua titik tujuan ditempuh dalam 15 menit.
Pemandangan serupa di Pulau Padar
Saat kami di pulau Padar, pemandangan serupa tentang turis yang mulai berdatangan. Ini memang belum jumlah normal biasanya, namun sudah bisa memberikan harapan akan kegiatan Pariwisata di Labuan Bajo.
Situasi seperti digambarkan diatas sudah cukup untuk memberikan kami kepastian bahwa perjalanan wisata kami akan lancar. Mereka yang terlibat dalam perjalanan kami sudah cukup meyakini bahwa apa yang mereka lakukan saat itu turut memberikan kontribusi akan masa depan ekonomi di Labuan Bajo. Mari kita dukung dengan memilih berwisata ke Labuan Bajo, dan tentunya ke wilayah Indonesia lainnya.
“The greater part of our happiness or misery depends upon our dispositions, and not upon our circumstances.” (Martha Washington)
Rangkaian kisah Wisata Labuan Bajo:
josef:
Terima kasih sama2, Setelah jadi ASM Jambi bertugas kemana lagi? Salam sehat selalu
Nurul Huda (pangkas rambut denbagus ) jl.raya aya Maleber Kuningan jabar:
Bagus sekali pemikiran dari Dr.David...
josef:
Terima kasih mba Indri, kita semua belajar dari pengalaman praktis banyak perusahaan. Tujuannya tentu saja...
Indrijati Rahayoe:
Keren sekali paparan ringkasan dr ajang HR Excellence Award 2023 ini. Terima kasih pak Josef dan...
josef:
Silahkan Farid, dengan senang hati. Simak juga 860 artikel lainnya di blog ini. Salam