Posted on May 28th, 2013
“While Values drive behaviours, principles govern consequences.” (Stephen Covey)
PREMISE yang sering digunakan dalam proses perubahan: Budaya dan organisasi berubah, kalau individu itu berubah. Dan hasil perubahan itu akan cepat terjadi kalau Pimpinan menjadi role model dalam perubahan itu, role model dengan panduan VALUES perusahaan.
Sebaliknyapun seharusnya bisa diterima, bahwa dalam perjalanan waktu, ada perubahan perilaku individu, akan membuat organisasi itu semakin menyimpang dari tatanan budaya berpedoman pada Value yang sudah di sepakati, Ini akan makin cepat menjauhnya, kalau justru pimpinan yang tadinya diharapkan jadi role model, malah berperilaku beda.
Walaupun pimpinan konsisten dengan hidup sesuai values, dinamikanya juga berubah warna, dengan hadirnya berbagai generasi, baik Boomers dan Gen X, yang kebanyakan berada di kursi pimpinan, tapi juga semakin banyaknya Gen Y yang menempati posisi-posisi tertentu di perusahaan. Perlakuan terhadap sesama Bommers atau terhadap Gen X tentunya berbeda dengan pendekatan terhadap Gen Y. Values perusahaan boleh tetap sama, namun pendekatan tentu beda.
Pertanyaanya adalah, apakah setelah bertahun-tahun, perilaku anggota perusahaan tersebut masih sejalan dengan komitmen yang ada dalam daftar Values tersebut??
Di dinding, buku agenda, kalender, dan berbagai presentasi, selalu hadir ke-5 Values (perusahaan saya sebelumnya): Peduli, Jujur, Mengupayakan yang terbaik, Kerjasama, Profesionalism yang disiplin.
Menyadari hal tersebut di atas, dalam perjalanan waktu, perusahaan perlu melakukan aktivitas, entah berkaitan dengan re-enforcement Values atau review seberapa jauh organisasi masih konsisten hidup dengan value, dan kemudian mengambil langkah yang diperlukan.
Evaluasi Perilaku
Saya sendiri paling suka untuk setiap pertemuan mulai dengan bicara tentang Values ini. Namun saya juga sekaligus mengajak yang hadir untuk tidak menghafalkan, tapi mengikuti cara memahami Values tersebut secara sederhana:
Dalam berbagai evaluasi yang dilakukan, termasuk dari Employee Engagement Survey, indikasi untuk meluncurkan kembali VALUES semakin kuat.
Rencana Relaunching dengan Fun Social Media
Dari berbagai pendekatan yang diusulkan kami dan team menyepakati agar peluncuran Values ini harus dalam format yang menyenangkan. Terutama karena banyak karyawan Gen Y. Untuk itu, format social media kami pilih. Selain event, di mana ada yang berkumpul untuk program peluncuran dan Re-enforcement Values, kesinambungannya diatur dengan menggunakan social media.
Mulailah tahap design. Ada hal yang menarik yang disiapkan: Pertama, Nama program yang dipilih: DVN, (Danamon Value Network), Share Play and Inspire. Foto berikut ini adalah mereka yang bekerja di balik program ini.
Rancangan peluncuran dilakukan dengan berbagai poster dan video yang selanjutnya akan menggunakan social media untuk menjaring berbagai moment kehidupan karyawan sesuai Values, yang akan terus dibagi kepada seluruh karyawan. Tahap awal adalah soft–launch di kalangan HR. Berbagai poster di bawah ini ikut memeriahkan suasana peluncuran. Dan tentu saja belum lengkap kalau tidak dengan dress code yang cemerlang warnanya dan juga hadirnya berbagai makanan.
Keceriaan di wajah karyawandalam foto di bawah ini mencerminkan keinginan kuat untuk kembali mensosialisasikan Values tersebut, ingin ikut ambil bagian dalam menjadi contoh dalam berperilaku setiap hari. Mereka seakan percaya, bahwa ini bukan awal dan juga bukan akhir dari perjalanan hidup bersama Values ini. Seperti kata-kata bijak ini:
“There is no end. There is no beginning. There is only the infinite passion of life.” (Federico Fellini)
Terlepas dari apa yang terjadi dengan kelanjutan “My Un-accomplished Mission” ini, saya tetap yakin, bahwa timku di HR tetap punya komitmen tinggi untuk terus hidup sesuai Values, dan terus menularkannya, untuk menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan mereka. Dan ini yang membuat mereka akan tetap bersemangat untuk berangkat ke tempat kerja setiap harinya. Karena mereka juga percaya kata-kata bijak berikut ini:
“There can be no happiness if the things we believe in are different from the things we do.” (Freya Stark)
josef:
Semangat pagi Santi, terima kasih untuk terus menyimak tulisan di blog ini. Semoga bermanfaat, terutama dalam...
Santi Sumiyati:
Selamat pagi Pak Josef. Membaca tulisan Bapak seperti “me-recharge daya” pikiran dan...
josef:
Terima kasih Reinaldo. Saran sederhana sudah dicantumkan dalam komenmu: leader yang mau paham situasi, minta...
Vicario Reinaldo:
Terima kasih untuk sharingnya Pak Josef. Resonate sekali dengan saya yang sering membantu para...
josef:
Terima kasih catatannya mas Anton, setuju harus pandai membawa diri, dalam membangun trust dan respect dari...
Pak Josep kalau diibaratkan Value dalam suatu Perusahaan sama dengan Pancasilanya di Indonesia ya Pak? Yang perlu saya tanyakan apakah Value itu Disepakati atau Ditetapkan?
Dan utk membangkitkan Value memang perlu sosialisasi yang disesuaikan dengan anggota organisasi agar Value ini sampai dan menjadi adrenalin dalam keseharian anggota organisasi dalam bekerja. Trims sebelumnya Pak Josep
Terima kasih Devi, Values seharus tidak ditetapkan. Disekitar kita banyak kehidupan positif orang2 berdasarkan Values yang Universal sifatnya, misalnya integrity. Biasanya ada proses untuk menggali Values apa yang penting dan perlu mendapat prioritas kalau kita mau menuju ke masa depan seperti ini. Kalaupun sudah disepakati sejumlah Values tertentu, misalnya lima, bukan berarti lainnya tidak penting.
Begitu disepakati Values tersebut, akan ada proses mendefinisikan dan menterjemahkan kedalam contoh perilaku seperti apa yang diharapkan. Dan tidak kalah pentingnya adalah proses sosialisaai. Di perusahaan sekarang, kami sedang dalam proses ini…
Pak Josef
Crime Organization seperti Mafia, Triad, Yakuza mempunyai values yang sudah membudaya kuat sekali, tentunya kita harus lihat dari sudut pandang positifnya. Values : Integrity, Honor, Loyalty dan be the best. sepertinya melekat di mereka dan organisasi ini dikenal efektif dan efisein sejak berabad-abad. saya hanya mencoba menelaah prosesnya. sepertinya jika kita ingin membuat values yang membudaya maka komponen-komponen seperti :
1 Tradisi organisasi yg unik, dimana selalu ada proses seremonial yang sakral untuk suatu even tertentu yg berhubungan dengan values
2 Diikat oleh suatu persaudaraan yg sakral,
Disamping itu juga code of conduct, serta hirarki organisasi dipatuhi dengan benar. memang sepertinya sadis atau tidak memberikan ruang buat kita untuk bergerak. namun dari sisi enggagement, para anggotanya bangga dan merasa memiliki kehormatan untuk bergabung dan diakui. apakah ada hal yang bisa kita ambil dari proses dan terbentukanya values yang membudaya dalam organisasi semacam ini?
Terima kasih Sonny, dan saya setuju bahwa ada hal positif yg bisa disimak dari kehidupan Mafia. Tapi karena ada banyak organisasi yg positif juga berhasil membangun komunitas dengan dasar value yang disepakati, akan lebih relevan untuk belajar dari mereka untuk menghindari kemungkinan salah paham kalau belajar dari Mafia. Coba simak praktek sederhana di kisah berikut ini: Baca juga posting sebelumnya: Belajar VALUES dari Rumah Makan di Pekalongan | Blog Josef Bataona http://www.portalhr.com/blog/josefbataona/inspirasi/belajar-values-dari-rumah-makan-di-pekalongan/
Membaca tulisan Pak Josef ini saya menjadi lebih semangat agar kegiatan sosialisasi Indofood Group core values dapat segera terselenggara baik…. :o)
Terima kasih Ratih, kita bersama harus membuat program Launching Core Values kita berhasil….!