Posted on July 19th, 2024
“Psychological safety is “the belief that one will not be punished or humiliated for speaking up with ideas, questions, concerns or mistakes.” (Amy C. Edmondson)
PAGI YANG MENGGEMBIRAKAN, saat saya menatap wajah para peserta di ruang, sekaligus membayangkan yang berada di berbagai lokasi yang terhubung melalui ZOOM. Kami akan belajar bersama tentang Effective Collaboration and Personal Improvement: Belajar Bersama dari Buku Memanusiakan Manusia, Seni mengangkat Harkat Karyawan Sebagai Manusia. Menyimak sepak terjangku selama 4 dekade di dunia HR, peserta agak kaget saat saya mengakui secara jujur bahwa ketika mendaftar untuk kuliah di Universitas Atma Jaya, fakultas Ilmu Sosial, jurusan Management Personalia, saya sama sekali tidak paham tentang ilmu yang akan kutekuni. Satu-satunya alasan saya mendaftar kesana, adalah karena itulah tempat kuliah sore hari, sehingga saya bisa sambil kerja di pagi hari untuk bisa membiayai kuliahku sendiri. Itulah pengenalan diriku, seorang putra desa nelayan yang berjuang untuk menapaki kariernya hingga pentas nasional dan internasional. Dan ceritaku berlanjut untuk menjawabi pertanyaan Moderator tentang: Apa yang membuat bapak tertarik dan bertahan di Bidang HR selama 4 dekade? Selengkapnya bisa disimak di kelima buku saya yang sudah terbit, termasuk buku kelima yang menjadi rujukan sesi hari itu.
Aman dan Nyaman secara Psikologis
Di berbagai momen saya selalu menggaris-bawahi bahwa TRUST itu tidak otomatis diperoleh karena jabatan, surat pengangkatan, atau memiliki ijazah dan pengalaman tertentu. Itu harus diraih.
Menarik untuk menyimak tulisan David Burkus melalui email yang saya peroleh 17 Juni 2024, yang memprovokasi para leader bahwa, TRUST kepada team saja tidak cukup. Maksudnya?
Langkah seorang leader untuk, misalnya menyelenggarakan teambuilding, agar TRUST dibangun, atau juga mulai lebih mendekatkan diri pada team, baru merupakan sebuah awal dalam membangun psychological safety. Menurutnya, psychological safety baru terbentuk saat setiap anggota team merasa aman dan nyaman secara psikologis untuk mengambil resiko dalam hubungan antar mereka (interpersonal risk). Bentuknya seperti apa?
Membangun lingkungan aman nyaman yang saling mempercayai, bukan langkah semalam. Perlu dibangun dari waktu ke waktu.
Siap Mengambil Resiko
Perlu pula dicatat, bahwa psychological safety (aman dan nyaman secara psikologis) bekerja dalam bentuk siklus. Anda membangun TRUST pada team, membuat mereka menerima interpersonal risks, dan saat anggota tim menanggapinya dengan penuh respek, maka saat itu anda sudah mempunyai psychological safe team. Apa yang terjadi sebagai buah dari proses ini?
Jadi teambuilding untuk membangun TRUST merupakan awal yang bagus, namun diperlukan juga Langkah lanjutan, termasuk pelatihan untuk saling menerima, saling menghargai dan saling mempercayai satu sama lain. Ini yang hendaknya merupakan tujuan akhir dan buah dari proses tersebut.
Collaboration and Self Improvement
Setiap individu karyawan merupakan pribadi yang memiliki keunikan yang dibutuhkan oleh Perusahaan. Semua sama-sama dibutuhkan, karena itu tak ada yang menganggap dirinya atau unit/divisinya lebih penting dibandingkan yang lain. Namun perubahan berjalan cepat. Tuntutan akan pengetahuan dan kapabilitas setiap orang akan berbeda dari waktu ke waktu. Karena itu, upaya pengembangan diri harus terus berlanjut. Para leader memang ada pada posisi yang tepat untuk mengantisipasi kebutuhan pengembangan bagi anak buah. Namun demikian setiap karyawan hendaknya terus membuka diri untuk menggunakan kesempatan yang tersedia untuk belajar dan berkembang, termasuk dalam momen kolaborasi.
Joh Maxwell menegaskan bahwa Collaboration merupakan tingkat kerjasama yang lebih tinggi dari sekedar cooperation dalam team. Collaboration baru effektif kalau ada unsur berikut ini:
Ini berarti di dalam kerja sama tim, sayapun mempunyai kesempatan untuk belajar untuk mengembangkan diri, disamping berbagai training yang disediakan perusahaan. Selain itu umpan balik yang diberikan oleh pimpinan tentang kinerjaku, juga memberikan kesempatan belajar yang luas. Penjelasan ini dan uraian lanjutannya tentang ini sekaligus menjawabi pertanyaan moderator:
Bapak juga menekankan pentingnya dialog yang baik agar bisa membangun kolaborasi diantaranya dalam bentuk umpan balik. Bagaimana umpan balik yang konstruktif dan manusiawi bisa berperan dalam mendorong self-improvement bagi karyawan ? dan bagaimana cara terbaik untuk menerima dan menggunakan umpan balik tersebut?
Banyak pertanyaan yang diajukan secara terbuka, baik oleh yang hadir di lokasi maupun yang mengikutinya secara online perlu disimak oleh para pimpinan, karena boleh jadi belum sempat disampaikan secara langsung, untuk didiskusikan demi pengembangan yang bersangkutan. Dengan demikian usaha terus dilakukan untuk menciptakan lingkungan dimana semua orang merasa aman dan nyaman secara psikologis (psychological Safety). Buahnya adalah semua akan saling menerima, saling menghargai dan saling mempercayai satu sama lain demi pencapaian tujuan yang sama.
“The role you play as a leader is helping people experience relatedness at work: caring about and feeling cared about, feeling connected without ulterior motives, and contributing to something greater than oneself.” (Susan Fowler)
josef:
Terima kasih pa Harry Pramono sudah mengunjungi blog dan menyimak tulisan ini. Salam
Harry Pramono:
Keep inspiring pak Josef…
josef:
Terima kasih mba Kartika. Acara yang keren dan membawa manfaat bagi banyak orang. Salam
Kartika I.:
Selalu keren Pak Josef!
josef:
Terima kasih mba Revita. Pidato yang bagus dan akan terus kita ingat dan resapi. Ada sedikit yg saya edit....
Hadirnya Pak Josef dengan memberikan sharingnya mengenai buku memanusiakan manusia dan dikaitkan dengan kolaborasi serta self improvement sungguh memberikan angin segar di tengah-tengah tuntutan capaian target dan hectic pekerjaan yang tiada henti. Ada hal basic yang seharusnya bisa kita bangun antar team dari hanya sekedar get the job/things done, dan itu adalah Trust & Respect. Karena kita adalah manusia, bukan mesin. PR selanjutnya adalah bagaimana membiasakan para personel dalam organisasi bahwa hal basic tersebut perlu dimasukkan ke dalam perilaku sehari-hari.
Terima kasih mba Riandaru untuk memfasilitasi sesi ini, dan juga untuk memberikan penekanan pada butir penting dalam kolaborasi dan self improvement. Sukses selalu, keep in touch