Tulus Menanggung Resiko (Aku di Persimpangan Jalan Part 2)

Posted on December 28th, 2012

WALAUPUN peran Direktur Human Resource (HR) itu universal sifatnya, namun menjadi Direktur HR di dunia perbankan, membutuhkan persyaratan yang khusus. Ini adalah syarat otoritas setempat, bukan syarat dari Perusahaan. Pengalaman, pengetahuan dan profesionalisme di bidang human resource hanya cukup untuk mengantar ke pintu masuk diterima di perusahaan. Untuk bisa efektif menjadi seorang direktur, diperlukan lagi tiga syarat penting: Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, Lulus Fit & Proper Test, dan memiliki Sertifikat Manajemen Resiko.

 

Berbagai Pernyataan di Atas Materai

Di bulan pertama, saya sudah disodorkan sebuah pernyataan yang harus saya tanda-tangani di atas materai, yang isinya antara lain berbunyi:

“Apabila pencalonan saya sebagai direktur PT Bank Danamon Indonesia Tbk disetujui oleh Bank Indonesia, maka jika dalam waktu 6 bulan sejak persetujuan dimaksud saya belum memiliki Sertifikat Manajemen Resiko, dengan tingkat sebagaimana persyaratan PBI, maka melalui surat pernyataan ini, saya menyatakan mengundurkan diri dari jabatan dimaksud”

Setelah mengikuti Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test), keluar keputusan di bulan April yang berbunyi, antara lain:

Menyetujui pengangkatan saya sebagai Direktur PT Bank Danamon Indonesia, Tbk yang berlaku efektif setelah saya memiliki Sertifikat Manajemen Resiko.

Surat Pengangkatan ini berlaku 6 bulan, dan bila dalam jangka waktu itu saya tidak memiliki sertifikat tersebut, maka Surat Persetujuan ini menjadi tidak berlaku.

 

Tantangan yang Muncul

Sebagai persiapan untuk mengikuti ujian untuk mendapatkan Sertifikat Manajemen Resiko, saya harus mengisi sebuah questioner sebanyak 9 halaman. Setiap pertanyaan/pernyataan, harus dijawab dengan “Kapabel” atau “Belum Kapabel. Dan untuk bisa mengikuti ujian, seluruh penilaian harus berisi jawaban “Kapabel.

Setelah mempelajari isi Formulir Penilaian tersebut, saya berkesimpulan bahwa sebagian elemen dari 9 halaman tersebut harus saya isi “Belum Kapabel. Semakin saya cermati, semakin yakin bahwa kesimpulan saya betul. Dan sampai kapan pun, saya tidak akan pernah “Kapabel untuk elemen tertentu karena tanggung-jawab saya sehari-hari belum tentu menjangkau elemen tersebut, sehingga bisa membuat saya mengatakan Kapabel.

Pergolakan muncul dalam diriku sendiri:

Kalau saya mengisi formulir dan tidak semuanya diisi “Kapabel” artinya saya tidak bisa ikut ujian dan tidak bisa mendapat sertifikat, dan berarti saya harus berhenti dari jabatan saya sekarang.

Kalau saya mengisi semuanya “Kapabel, saya bisa ikut ujian dan mendapat sertifikat, dan dengan demikian jabatan saya aman. Tapi ini berarti saya TIDAK JUJUR pada diri saya sendiri.

Dua kondisi tersebut di atas selalu melintas di depanku, setiap kali kami membahas soal Sertifikasi Manajemen Resiko. Dan setiap diskusi ditampilkan, semakin keras hatiku merespon: “Josef, ini menyangkut Integritas. Jangan pernah kompromi!”

 

Keputusan Sudah Bulat

Diskusi tentang masalah ini pun saya angkat ke tingkat lebih tinggi, sampai ke atasan saya. Diskusi terus berlanjut, jalan keluar terus dicari, namun waktu terus berjalan, dan batas waktu sesuai pernyataan yang saya tanda-tangani di atas materai sudah berlalu di awal Oktober silam. Maka keputusan penting saya ambil. Saya temui pimpinan saya dan menyampaikan hal penting berikut ini:

Saat ini saya dihadapkan pada issue Integritas yang harus saya selesaikan:

Pertama, dengan batasan waktu hanya 6 bulan, tanggung-jawab sehari-hari saya belum tentu menjangkau semua elemen Manajemen Resiko di Bank, untuk bisa membuat saya mengatakan Kapabel. Karena itu dalam mengisi formulir asesmen, bila saya harus jujur pada diri sendiri, sebagian jawabannya adalah “Belum Kapabel sehingga saya tidak akan bisa mengikuti ujian untuk mendapatkan Sertifikat Manajemen Resiko.

Kedua, tanpa Sertifikat Manajemen Resiko, masa berlakunya keputusan Fit and Proper Test berlaku hanya sampai awal Oktober, artinya saat saya berbicara dengan pimpinan saya di akhir Oktober, saya tidak lagi memiliki paspor untuk berada di Danamon pada posisi sekarang ini. Dan sesuai dengan pernyataan yang saya tanda tangani, saya harus tahu diri dan berani untuk mengundurkan diri dari perusahaan ini.

Berdasarkan kedua pertimbangan di atas, serta menjunjung tinggi INTEGRITAS, saya pun lantas menyampaikan Surat Pengunduran Diri.

Foto di atas adalah suasana pada waktu saya mengumumkan ke Tim HR. Bagaimana saya menyampaikan keputusan ini kepada Tim saya? Ada tim HR yang tersebar di 7 wilayah seluruh Indonesia, dan bagaimana mengkomunikasikannya agar tidak ada interprestasi yang berbeda?? Ikuti posting berikutnya yang akan hadir pada Jumat 4 Januari 2013!!

 

Baca juga:

Awal yang Menggairahkan (Aku di Persimpangan Jalan Part 1) di SINI.

Bookmark and Share

22 Responses to Tulus Menanggung Resiko (Aku di Persimpangan Jalan Part 2)

  1. erlina says:

    Tetap SEMANGAT Pak….coz Integrity is everything… 🙂

  2. Zarnelis kotto says:

    Cuma bisa berkata salute utk keputusan berani yg bapak ambil, dimana integritas adl salah satu nilai2 yg harua kita emban di peeusahaan kita ini…, dmanapun kita berdiri dgn memegang integritas yg tinggi akan tinggi value kita…,
    Demikian banyak org memiliki kemampuan di luar sana tanpa integritas yg dimiliki tetaplah nol beaar nilainya, untuk itu teruslah memegang teguh prinsip ya pak josef…
    Bapak sdh mberi inspirasi utk saya mgenai integritas.., smg Tuhan sll melindungimu..,, sukses tetus pak josef

    • josef josef says:

      Terima kasih Imel untuk kata2 menyejukkan sekaligus menguatkan. Saya rindukan perubahan, tapi sekaligus memulai dari diri sendiri. Mudah2an contoh kecil ini bisa punya gema ke sekeliling kita. Salam

  3. Wani Sabu says:

    Walau baru dua kali bertemu pak Josef, saya sudah sangat mangagumi pak josef. Tulisan di persimpangan jalan, membuat saya menitikkan air mata. Kebijakan bapak luar biasa di luar ekspektasi saya. Integritas bapak hrs dicontoh semua pejabat di seluruh duniia. saya ingin mempunyai teladan seperti bapak, tapi apakah saya sanggup ?

    • josef josef says:

      Terima kasih Wani, telah menyoroti kisah di blog ini. Sebentar lagi komunitas HR akan tahu tentang kepergian saya dari Perusahaan sekarang ini, dan saya ingin merekapun mendapatkan informasi yg jelas langsung dari saya melalui tulisan di blog. Semoga contoh kecil ini bermanfaat bagi komunitas HR ataupun pengunjung setia blogku. Pertanyaanmu: “Apakah saya sanggup ?” Saya yakin Wani sanggup ! Sekali lagi, terima kasih, Salam

  4. Adelina Supono says:

    Yang dibutuhkan lebih banyak di dunia saat ini adalah seseorang yang berintegritas. Walk the talk it’s really hard to do nowadays. Salut Pak saya belum tentu bisa seintegritas itu but I’ll try. Sebetulnya agak saya sesalkan kepergian Bapak dari dunia perbankan coz I put a lot of hope on you Sir to make it a better place :p. Tapi di sisi lain saya rasa Bapak akan terus dapat berkontribusi di mana pun Bapak berkarya ke depannya. So, good luck and all the best Sir, who knows our path may across again someday :-).

    • josef josef says:

      Terima kasih Adelina telah menyempatkan untuk visit blog dan membaca kisah ini di tengah liburanmu bersama keluarga. I wish I ould stay longer… Usaha mulai dari diri sendiri adalah fundamental. Tidak ada yang tidak mungkin. Kita terus saling belajar.. Keep in touch.. Salam

  5. Andree MKP says:

    Wow! Sangat menarik ketika bapak sangat menjunjung tinggi INTEGRITAS. Terbukti bahwa jabatan bukan sekedar pengaruh dan fasilitas tapi lebih dari itu yaitu AMANAH.

    Terima kasih pak atas sharing-nya. We proud of you!

    • josef josef says:

      Terima kasih Andree untuk sempatkan waktu berhargamu untuk mengunjungi blog dan membaca kisah ini. Semoga kisah sederhana ini bisa menginspirasi lebih banyak orang lagi. SelamatTahun Baru 2013

  6. Hose bataona says:

    Keputusan yang sangat bijak …. Semangat tata

  7. Sri Kumala Dewi says:

    3 kata Pak Josef: Kehilangan, Terima Kasih,& Doa. Kehilangan akan pemimpin yg dekat dan lekat dalam hati kami, Terima kasih setulusnya atas keteladanan & inspirasi dalam inisiatif-inisiatif hebat yg kami rasakan lgs manfaatnya (program2 employee engagement, perjuangan meghadirkan ruang laktasi, dan msh byk lagi). Hal2 tsb telah memberi warna dan semangat baru dalam kami menjalankan hari-hari di kantor. Doa, sebagaimana byk doa yg diberikan utk Bpk, kami pun turut setulusnya berdoa utk kesehatan, keselamatan, dan kebahagian Bpk & Kel.

    • josef josef says:

      Terima kasih Dewi, semua yang Dewi sebutkan itu adalah program2 yang kita jalani bersama, kita ramu bersama, kita beri warna bersama dan akhirnya kita nikmati hasilnya bersama. Saya memang tidak ada lagi bersama kalian, tetapi saya yakin semangat positif, semangat berbagi, semangat untuk saling menginspirasi akan tetap tinggal diantara kalian. Saya juga Doakan untuk kesehatan, keselamatan dan kebahagiaan Dewi dan Keluarga. Salam

  8. Fenny says:

    Four thumbs up, for whats called integrity, kaget…bacanya, dan even saya tidak mengenal Bapak, saya mengikuti karir Bapak aejak di Unilever, selamat berkarir di pelabuhan baru..tetap setia dengan dunia HR

    • josef josef says:

      Terima kasih Fenny atas perhatiannya, atas kunjungan ke blog dan membaca kisah2 disini. Ikuti terus kisah2 baru yang akan saya hadirkan setiap Selasa dan Jumat pagi. Salam

  9. Ribka WIJAYA says:

    Setelah sekian lama bertanya-tanya dan mencari jawaban kian kemari tentang mengapa Bapak Josef memutuskan untuk resign, hari ini saya menemukan tulisan ini dan terjawab sudah pertanyaan saya. Terima kasih Pak sudah mengajarkan sekali lagi tentang pentingnya integritas, lebih dari semua ambisi dan jabatan. Integritas membuat orang tidak menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Tetap berkarya Pak 🙂 saya yakin dimanapun Bapak berada, Bapak akan tetap menjadi berkat.. Pertemuan saya dengan Bapak yang mungkin hanya sekali (saat opening MT program untuk Consumer Banking di Balai Kartini Oktober lalu) sangat meninggalkan bekas yang mendalam. Saya doakan terus yang terbaik untuk Bapak. Gbu 🙂

    • josef josef says:

      Terima kasih Ribka, komitmen harus mulai dari diri sendiri. Semoga tulisan sederhana ini bisa menjadi pembelajaran untuk kita semua. Agar bisa mendapatkan kisah lengkah, baca seluruh rangkaian 5 cerita tentang Aku di persimpangan jalan. Terima kasih untuk doa2nya. Saya akan terus menghadirkan tulisan baru tiap Selasa dan Jumat pagi. Salam untuk teman2 MT

  10. Hari says:

    Speechless…… luar biasa, Bapak lebih mementingkan hidup dalam roh daripada dalam daging. Firman Mu ya Tuhan adalah Roh dan Kehidupan. Tuhan memberkati

  11. Ignacius Hugur Luon says:

    Lagi-lagi saya kagum juga heran oleh “CERITA” bapak Josef. Ternyata “Tidak smua CERITA harus berakhir dengan rasa ,happy ending”.Saya pribadi sangat mendukung bapak, dan semoga jejak bapak bisa terus ada dan dilanjutkan oleh kami semua. TERUS SEMANGAT BAPA..

    • josef josef says:

      Terima kasih Ignacius, semua itu merupakan warna warni kehidupan yang senantiasa hadir dalam rupa yang beraneka ragam dan di waku yang berbeda2. Sepanjang semua itu kita lihat sebagai pelajaran dalam hidup ini, maka langkah kita akan terasa lebih enteng. Salam

Leave a Reply to Fenny Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Connect with Facebook

Kisah Rp 10.000,00 yang Mengubah Hidupku

Recent Comments

josef:
Terima kasih Reinaldo. Saran sederhana sudah dicantumkan dalam komenmu: leader yang mau paham situasi, minta...

Vicario Reinaldo:
Terima kasih untuk sharingnya Pak Josef. Resonate sekali dengan saya yang sering membantu para...

josef:
Terima kasih catatannya mas Anton, setuju harus pandai membawa diri, dalam membangun trust dan respect dari...

Antonius:
Dear Pak Josef, Leader yang datang ke lingkungan baru jika tidak pandai-pandai membawa diri dengan suasana...

josef:
Terima kasih untuk ucapan selamatnya Rosita. Apakah sudah pesan buku ke 5? Kalau belum bisa gunakan link ini,...


Recent Post

  • Memasuki Lingkungan Baru
  • Menyikapi Teknologi Secara Bijak
  • Sejuta Senyum PEACE HR Society
  • Saling Menyemangati
  • Generosity of Spirit
  • Ciptakan Pengalaman Bermakna
  • Apa Yang Engkau Cari?
  • Asyiknya Belajar Bersama
  • Komitmen Perusahaan akan Peran Ibu
  • WFH – Working From the Heart