Posted on October 23rd, 2020
“Connect the dots between individual roles and the goals of the organisation. When people see that connection, they get a lot of energy out of work. They feel the importance, dignity, and meaning in their job.” (Ken Blanchard and Scott Blanchard)
TELEPON pagi dari seorang sahabat dari luar pulau. Menurutnya, sebelum pandemic, kedekatan dia dengan team lebih terasa. Dia bisa mendatangi meja anggota teamnya untuk diskusi, menyapa mereka secara langsung dan disambut dengan sapaan balik penuh senyum. Suasananya sungguh cair, sehingga saat kita bicara bisnis relatif lebih lancar, mereka bisa mengeluarkan berbagai ide yang mereka punyai, ataupun tidak sungkan untuk bertanya. Tetapi sudah 6-7 bulan bekerja dari rumah saya merasa seperti hubungan kami berubah menjadi sangat formal. Setiap saya mengundang mereka untuk diskusi bisnis di aplikasi online, rasanya seperti hanya searah dari saya, sangat formal.
Memberdayakan Teknologi
Banyak yang beranggapan, bahwa digitalisasi artinya apa yang selama ini dikerjakan secara manual, akan dikerjakan secara digital. Pemahaman seperti ini hanya maju selangkah. Teknologi mampu mengubah cara kerja lama menjadi lebih efektif, efisien, dan dengan kecepatan yang lebih tinggi. Selain itu, teknologi tersebut bisa menginspirasi kita untuk pendekatan atau hasil yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Mampu memberikan nilai tambah yang tak terduga.
Sebut saja, inisiatif yang dilakukan oleh AVSS group untuk Fun Virtual Outbound. Tak terbayang setahun yang lalu bahwa outbound bisa dilakukan bersama sekelompok orang yang berada di rumah, di lokasi berbeda. Tapi sekarang teknologi memungkinkan itu. Mau Amazing Race? Treasure Hunt? Fun Game dll ? Sangat bisa. Foto peserta:
Bahkan dalam skala yang lebih besar, teman2 komunitas FTHR (Future HR) sangat aktif menyelenggarakan program bernama Future Connect, dengan mengundang pembicara lokal maupun dari manca negara. Puncaknya, team ini akan menghadirkan Prof Dave Ulrich di program webinar melalui zoom pada tanggal 28 Oktober 2020.
Contoh paling akhir, skala dunia, berkaitan dengan BTS KPop, yang juga mengalami dampak Pandemi. Mereka berusaha memaksimalkan teknologi untuk tetap hadir menyapa penggemarnya, walau tidak langsung.
Puncaknya, pada tanggal 10 dan 11 Oktober 2020, ARMY BTS dari 191 negara boleh bergembira menyaksikan Konser Daring BTS MAP OF THE SOUL ON:E. Sebuah pentas yang spektakuler yang bisa dilaksanakan karena kejeliaan mereka memanfaatkan teknologi yang ada. Selain terpukau menonton pentas mereka, saya pribadi juga suka dengan pesan yang disampaikan seperti pada foto berikut ini:
Manusia Yang Meniupkan Roh pada Teknologi
Cerita diatas adalah teknologi dengan skala besar. Mari kita Kembali ke cerita sahabat yang menelpon. Kami ngobrolin beberapa langkah kongkrit yang bisa dilakukan untuk kembali menyemangati team, dengan pendekatan yang biasanya dia lakukan sebelum pandemic:
Dan masih ada lagi beberapa ide yang dibahas, yang intinya adalah menciptakan suasana informal, untuk kembali membangun hubungan kerja yang lebih cair, yang memungkinkan team diajak untuk ikut berkontribusi menyumbangkan ide-ide, bilamana mereka diajak meeting online untuk urusan pekerjaan.
Handphone atau laptop yang digunakan untuk menghubungkan leader dengan teamnya, hendaknya diberdayakan juga untuk menciptakan suasana terbuka dan nyaman untuk berdialog, serasa sedang bicara di kantor secara tatap muka. Ini hanya dimungkinkan kalau proses ini dilakukan dengan tulus dengan niat positif untuk membantu semua teamnya.
Memanusiakan Manusia Seutuhnya
Di kantor saya di sebut karyawan dengan peran tertentu. Di rumah saya disebut bapa atau suami dengan sejumlah tanggung-jawab yang melekat pada sebutan tersebut. Dan di rumah maupun di kantor saya adalah manusia biasa walaupun dengan tambahan label yang berbeda.
Seorang pemimpin yang andal menyadari itu, dan akan memperlakukan teamnya sebagai manusia seutuhnya, terutama dalam menghadapi pandemic. Teamnya adalah seorang ayah atau ibu yang bertanggung-jawab memikirkan anak-anaknya yang juga menghadapi kesulitan juga di masa pandemi ini. Saat karyawan merasa dan yakin bahwa pimpinannya juga peduli kepada mereka sebagai manusia seutuhnya, maka mereka juga akan giat bekerja lebih produktif demi hasil yang maksimal seperti yang disampaikan pesan pada kutipan di akhir tulisan ini.
“Employees who believe that management is concerned about them as a whole person — not just an employee — are more productive, more satisfied, more fulfilled. Satisfied employees mean satisfied customers, which leads to profitability.” (Anne Mulcahy)
josef:
Terima kasih Elfi untuk turut menyimak tulisan ini. Buka diri untuk terus belajar, karena universe senantiasa...
Elfi:
Totally relate dengan tulisan di bungkus kue itu Pak.. thanks for sharing.. Having fun, bonding time and making...
josef:
Terima kasih coach Helda, senang berbagi cerita untuk saling belajar diantara sesama coach. Salam sehat dan...
Helda Tan:
Nah,Pak Josef sdh jadi role model dari seorg good Coach nih. Saking melekatnya mindset coach di jiwa Pak...
josef:
Terima kasih sama2 Santi, yang terpenting adalah setelah menyadari ini, apa langkah nyata yg mau diterapkan...
Terima kasih banyak Pak Josef atas sharing yang menginspirasi
Terima kasih sama2. Mari kita terus saling belajar. Salam