Menyukai Perusahaan Tapi Berhenti

Posted on November 7th, 2025

“People quit people, not companies. Employees often leave companies not because they dislike the company or their job, but rather because they want to escape a particular person, usually their boss.” (John C. Maxwell)

KARYAWAN BERHENTI dari Perusahaan merupakan fenomena yang sering dilihat, namun faktor yang ada dibaliknya belum tentu sepenuhnya kita pahami. Mari kita ambil contoh dari karyawan yang berhenti atas kemauan sendiri. Quote diawal tulisan ini sering kita dengar, karyawan berhenti bukan karena tidak menyukai perusahaan atau pekerjaannya, tapi karena mereka ingin menghindari orang tertentu, biasanya bos mereka.

Memahami Level Kepemimpinan Saya

Sepantasnya kita bersyukur bahwa kita beroleh kesempatan memulai perjalanan sebagai leader, saat Perusahaan mempercayai kita untuk jabatan tertentu. Kitapun akan mulai melangkah dengan mengandalkan jabatan tersebut, bersama tim yang dipercayakan kepada kita. Pimpinan lebih tinggi, tentu melihat kemampuan dan potensi yang bersangkutan. Dan tentu saja bersamaan dengan titel dan posisi tersebut, ada hak dan kewenangan untuk memimpin orang lain. Foto berikut, Mentorship Oktober 2025.

Mereka yang bijak, akan segera melihat bahwa disekelilingnya ada orang yang akan membantu membuatnya sukses. Baik itu anak buahnya, rekan kerja atau juga atasan. Level ini adalah fondasi dimana kita belajar kepemimpinan. Tapi berlebihan mengandalkan posisi dan jabatan, membuat orang lain mengerjakan tugas karena TERPAKSA, mereka merasa HARUS, karena disuruh atasan. Karyawan disekitarnya tentu ingin didengarkan, diajak diskusi, diberi ruang untuk berpendapat. Karena itu, menyadari hal ini, akan membuat sang leader segera keluar dari zona ini dan belajar bertransformasi menuju zona yang lebih manusiawi.

Orang Yang Paling Susah Dipimpin

Saat orang sekitar kita mulai merasa kurang nyaman, terpaksa bekerja, mereka tidak akan termotivasi untuk bekerja dan menghasilkan lebih. Mereka akan bekerja pada zona nyaman, sejauh digariskan job description mereka.

Leader yang jeli akan segera melihat bahwa ada hal penting yang perlu dilakukan. Gejala yang dia lihat sekelilingnya sesungguhnya hanya cermin pada diri sang leader sendiri. Maksudnya? Cermati cara memimpin, namun mulai dengan yang ada dalam diri sendiri. Pemimpin tersebut akan segera menyadari, bahwa yang harus dibenahi adalah kemampuan memimpin diri sendiri. Perilaku percaya diri yang berlebihan bisa menjadi indikasi tentang ini. Cari waktu senggang, lakukan refleksi dengan mengajukan pertanyaan berikut: Sebaik apa saya menerima masukan, kritik, dan nasehat, dalam skala 1 – 5?

  1. Saya tidak membutuhkannya
  2. Saya tidak menolaknya
  3. Saya menerimanya secara aktif
  4. Saya mencarinya
  5. Saya menindak-lanjuti

Refleksi tidak berhenti disini. Karena yang terpenting adalah apa yang akan saya lakukan untuk mengembangkan diri saya sendiri saat ini, memperbesar kapasitasku. Karena hanya dengan cara seperti ini, saya bisa membantu memperbesar kapasitas timku. Foto bersama teman2 MLCT, Belajar mendaki puncak sukses.

Buah dari Keputusan Hari Ini

Yang perlu disadari dari waktu ke waktu adalah tugas seorang leader adalah untuk menjadikan dirinya contoh positif bagi orang sekitarnya (modelling) dan juga melakukan proses untuk menciptakan lebih banyak leader lagi (multiplying)

Menyadari bahwa bekerja sebagai leader di level dimana orang hanya akan bekerja karena terpaksa, maka leader tersebut akan mulai melangkah lebih jauh dengan mengenali siapa orang-orang disekitarnya yang akan melangkah bersama dan saling berkolaborasi. Pemimpin di tahap ini sudah mulai menggunakan pengaruh (INFLUENCE) untuk mengajak orang-orang bekerja sama. Hasilnya, timnya akan bekerja dan mengikuti dia karena mereka MAU (bukan terpaksa). Mereka melihat pemimpinnya mulai menggunakan pengaruh untuk membangun hubungan. Kata John C. Maxwell, inilah saatnya ”People change from being subordinates to followers  for the first time.” Berikut foto bersama teman2 Maxwell Leadership Certified Team yang rela meluangkan akhir pekannya untuk belajar bersama, termasuk yang datang dari luar kota seperti Medan, Surabaya, Purwokerto, Lampung, Bandung.

Siapa Bersamamu Hingga Puncak?

Tugas leader adalah menciptakan lebih banyak leader, bukan lebih banyak anak buah atau pengikut (followers). Orang-orang yang melangkah bersama tersebut akan senantiasa mendapatkan nilai tambah (ADDED VALUES) dari perjalanan bersama tersebut. Namun perlu juga disadari bahwa tidak semua orang yang memulai perjalanan bersamamu, akan juga bersamamu di puncak pencapaian. Mengapa? Selain panggilan professional yang ingin diraih masing-masing kita, ada juga panggilan hidup (life calling) yang juga terus memanggil di puncak gunung lain lagi. Karena itu, bila ada karyawanmu yang meminta berhenti, ada dua kemungkinan:

  1. Karena dia merasa sudah cukup dibekali untuk dia membangun komunitas lain untuk bersama mendaki gunung sukses yang berbeda, sesuai panggilan hidupnya, atau
  2. Dia berhenti karena atasannya atau cara kerja atasannya sudah tidak memperlakukannya sesuai harkatnya sebagai manusia. Boleh jadi, dia masih mencintai perusahaannya tapi lingkungan kerja yang diciptakan atasannya, tidak membuat dia berkembang lebih jauh lagi, sehingga membuat dia memutuskan untuk lebih baik mendaki gunung lain lagi di luar. Dalam kasus ini kita mengenal istilah: People quit people, not companies, seperti yang disampaikan melalui quote di awal tulisan ini.

Saat anda mencapai puncak sukses, mudah-mudahan anda tidak merasa kesepian sendirian (lonely at the top) karena tidak ada yang mengikutimu. Atau saat melihat kebelakang, banyak orang masih berada di sekitarmu, tapi mereka adalah pengikut (followers). Yang akan lebih membahagiakan adalah kalau anda menyadari bahwa orang-orang disekitarmu adalah para leader yang anda bina, karena dalam setiap langkahmu, anda membangun hubungan antar manusia melalui pengaruh. Anda, terus memberikan nilai tambah (added values) dalam kehidupan dan karier mereka.

“No one stands taller in the climb to success than when he bends over to help up someone else.” (John C. Maxwell)

Bookmark and Share

2 Responses to Menyukai Perusahaan Tapi Berhenti

  1. Sofia says:

    Beautifully writesn as always pak Josef..

Leave a Reply to josef Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Connect with Facebook

Kisah Rp 10.000,00 yang Mengubah Hidupku

Recent Comments

josef:
Terima kasih pa Anton telah mengunjungi blog dan menyimak tulisan ini. Kita akan terus saling mengingatkan...

josef:
Selamat pagi Lia yang sudah senyum semakin lebar. Terima kasih untuk catatan yang sangat berarti. Terkadang...

Anton:
Semangat pagi pak Josep, Tulisan bapak sangat menginspirasi dan sangat sederhana untuk bisa kita...

lia.catri:
Good morning, Pak… SENYUMMU PAGI INI, seberapa lebar? >> mendadak LEBAR sekali Apa yang...

josef:
Halo mba Sofia, senang menyapa mu di blog ini. Semoga bisa bermanfaat. Salam


Recent Post

  • Catalyst for Transformation
  • Bekerja Karena MAU Atau TERPAKSA?
  • Menyukai Perusahaan Tapi Berhenti
  • Memanusiakan Manusia Dalam Keseharian
  • Being A Human Leader
  • Mungkinkah Perkumpulan Tanpa Pemimpin?
  • Sukses Bila Ada Suksesi
  • Asah Kapasitasku Sebagai Coach
  • Tetap Sehat Bukan Kebetulan
  • Networking di Forum Akbar IHCBS 2025