Posted on October 24th, 2025
“That is your legacy on this Earth when you leave this Earth: how many hearts you touched.” (Patti Davis)
BERBINCANG dengan seorang karyawan senior yang sudah bekerja lebih dari 20 tahun, saya bertanya, “Selama dua puluh tahun ini, apa momen paling berkesan buat kamu?”
Ia tersenyum dan berkata: “Bukan waktu saya dapat promosi, Pak… bukan juga waktu dapat bonus besar. Tapi waktu anak saya sakit, dan atasan saya datang ke rumah. Dia duduk di ruang tamu, nggak banyak bicara. Hanya berkata: ‘Kamu jangan khawatir tentang pekerjaan. Fokus dulu jadi ayah yang baik.’”
Cerita sederhana, tapi dalam sekali. Karena di situ saya melihat kepemimpinan sejati bukan soal posisi atau jabatan atau jabatan, tapi soal hati.

Tema Sharing Menggugah
Kita bisa punya jabatan tinggi, tanggung jawab besar, tapi kalau lupa melihat manusia di balik setiap peran, kita kehilangan esensi kepemimpinan itu sendiri.
Itulah mengapa tema sharing hari itu di ARTOTEL adalah “Memanusiakan Manusia: The Craft of Being a Human Leader.”
Sebelum kita bisa memimpin orang lain, kita perlu belajar memimpin diri sendiri — mengelola ego, emosi, dan empati kita. Karena kalau kita gagal memimpin diri, kita bisa memimpin dengan cara yang memaksa, bukan menginspirasi. Dan tim juga akan mengerjakan tugas mereka juga dengan terpaksa.
Tapi kalau kita berhasil memimpin diri dengan kesadaran dan kemanusiaan, kita bukan hanya menciptakan kinerja maksimal, kita menciptakan MAKNA.
Dan di situlah perjalanan seorang HUMAN LEADER dimulai.

Kesadaran akan pentingnya BERTUMBUH
Kehadiran GM Hotel hari itu bersama peserta turut menggaris bawahi komitmen pimpinan untuk memberikan kesempatan belajar dan bertumbuh kepada karyawannya. Semangat peserta untuk belajar, pertanyaan yang diajukan, bahkan lembar tugas yang diisi oleh mereka memperlihatkan kesungguhan belajar para peserta. Berikut foto bersama pa Yana Nuraga, GM ARTOTEL.

Seorang peserta bertanya, saat tuntutan untuk kinerja tinggi ditengah situasi ekonomi yang belum sepenuhnya bersahabat, kami pasti akan fokus pada pencapaian target, sehingga bisa mengabaikan niat memanusiakan manusia. Jawabku sederhana:
Teman-teman, setiap organisasi sebenarnya sedang menjalani dua perjalanan. Satu: perjalanan bisnis, tentang target, angka, hasil.
Dan perjalanan yang satu lagi: perjalanan kemanusiaan, tentang nilai, kepercayaan, dan hati.
Tantangan kita sebagai leader adalah menjaga agar keduanya berjalan beriringan. Karena kalau bisnis berjalan tanpa kemanusiaan, hasilnya kering. Tapi kalau kemanusiaan hadir dalam setiap keputusan, hasilnya berlipat ganda, karena orang bekerja bukan hanya dengan tangan dan kepala, tapi juga dengan hati.
Saya sangat menyambut gembira undangan untuk sesi hari ini, karena sesungguhnya saya diminta untuk berbicara tentang esensi sejati kepemimpinan, mengangkat harkat karyawan sebagai manusia.

Langkah Kongkrit
Yang saya suka dari kerja panitia adalah mereka memudahkan peserta dengan satu lembar catatan: yang satu halamannya untuk mengisi butir pembelajaran dan halaman dibaliknya untuk mengisi rencana langkah nyata, usai mengikuti sharing ini.
Terhadap tiga pertanyaan di akhir lembar tersebut, panitia memberikan saya jawaban dari seorang peserta:
Apa yang saya ketahui tentang kepemimpinan yang memanusiakan manusia SEBELUM mengikuti workshop:
Apa yang BARU saya pelajari/pahami SETELAH mengikuti workshop kepemimpinan yang memanusiakan manusia:

Apa yang AKAN saya lakukan SELANJUTNYA dengan ilmu yang saya dapat di workshop kepemimpinan yang memanusiakan manusia:
Jawaban para peserta adalah untuk mereka sendiri untuk ditindak-lanjuti. Ini juga untuk melengkapi catatan di kolom lain tentang Stop, Start dan Continue doing. Foto peserta yang beruntung mendapat hadiah buku.

Kata Penutup
Hari yang sungguh mencerahkan dan bermanfaat, penuh pembelajaran bagi kami semua termasuk saya sendiri. Sebagai kata penutup saya mengajak semua peserta untuk memulai saat ini juga dari diri sendiri:
Karena pada akhirnya, the craft of being a human leader adalah tentang bagaimana kita menghadirkan kemanusiaan dalam setiap tindakan kecil sehari-hari.
Itulah yang akan membuat tim kita tumbuh, bisnis kita bertumbuh, dan diri kita menjadi pemimpin yang benar-benar manusiawi. Sebuah LEGACY yang luar biasa yang akan terus hidup di tempat ini walau kita sudah pergi, sudah pensiun.
“Carve your name on hearts, not tombstones. A legacy is etched into the minds of others and the stories they share about you.” (Shannon L. Alder)
josef:
Terima kasih pa Panjaitan, telah berkunjung dan menyimak tulisan ini. Masih banyak lagi tulisan di blog ini...
Pan panjaitan:
Saya senang baca blog Bapak
josef:
Terima kasih sama-sama pa Lay Nehemya. Saya senang membersamai rekan-rekan HR yang mau belajar seperti timmu....
Lay Nehemya:
Terima kasih pak Joseph sudah menjadi inspirasi buat kami. Tim kami sangat berkesan dengan sharing...
josef:
Terima kasih Tromol. Persahabatan perlu terus dirawat, walau kita berjauhan. Pertemuan pendek bertiga saat itu...