Jadikan Pelajaran Berharga

Posted on July 12th, 2019

“The weak can never forgive. Forgiveness is the attribute of the strong.” (Mahatma Gandhi)

Perjalanan liburan kami adalah setelah Lebaran, saat dimana kita semua saling memaafkan satu sama lain. Kesempatan luar biasa tersebut tentu saja tak akan kami lewatkan, karena itu semua keluarga masih bisa berkumpul untuk silaturahmi dan saling memaafkan di hari pertama Lebaran.

Dengan demikian ritual tahunan tersebut masih bisa kami jalankan sebelum berangkat untuk perjalanan selama dua minggu ini. Kami sekeluarga menyadari sepenuhnya bahwa masing-masing kami tidak terlepas dari salah kata dan tindak, karena itu kesempatan yang baik ini sungguh kami manfaatkan untuk saling memaafkan dan kembali melangkah kedepan dengan hati yang bersih dan niat untuk terus berbuat baik.

Hindari Menyalahkan Orang Lain

Kita sering sekali dihadapkan pada berbagai situasi berikut: cari siapa yang patut disalahkan, mencari kambing hitam, menuding, melempar kesalahan, tidak sudi meminta maaf dan lain-lain. Semua ini berasal dari mindset negatif, pola pikir tidak terpuji.

Bila kita benar-benar sadar akan pentingnya berperilaku positif, maka response spontan kita adalah: apa pembelajaran yang bisa diambil; melakukan refleksi diri; kalau saya yang salah saya harus mengakui; kalau kesalahan ada pada saya seharusnya saya meminta maaf; segera mencari langkah koreksi; yang penting adalah solusi demi masa depan yang lebih baik.

Dalam bukunya The little book of LYKKE, Meik Wiking membagi cerita: Suatu ketika kereta api tiba terlambat lima menit di Copenhagen. Perdana Mentri sampai mengirimkan surat permintaan maaf kepada setiap penumpang dan sebagai kompensasi, setiap penumpang menerima sebuah kursi yang didesign khusus atas pilihan mereka sendiri.

 

Museum Vasa

Di Stockholm, Swedia, kami dipaparkan pada sebuah kisah unik, dengan menghadirkan sebuah kapal perang yang secara utuh ditempatkan di Vasa Museum. Kapal perang ini menjadi terkenal karena hanya kurang dari 1 km sejak melaut di tahun 1628, kapal itu tenggelam.

Baru 333 tahun kemudian kapal tersebut diangkat dari bawah laut. Ada 66 meriam yang terpasang di kapal tersebut. Teknik pengangkatan kapal, serta perawatannya sungguh mengagumkan.

Menurut ceritanya, sebab tenggelamnya kapal tersebut adalah karena tidak seimbangnya struktur sebelah kiri dan kanannya. Beberapa ornament/detail menarik dari kapal kami sajikan di foto berikut ini.

Siapa yang disalahkan?

Kapal itu dibuat atas perintah raja Swedia, Gustavus II Adolphus 1626-1627. Sahabat yang sudah cukup lama tinggal di Stockholm, mba Tutut Handayani mengemukakan pendapat yang menurut saya sangat positif:

“Saya salut.. Swedia mengajarkan publik untuk fokus pada sudut pandang bahwa Vasa Ship itu sebuah produk kebanggaan Swedia ketika mereka ingin punya kapal bagus untuk berlayar lebih jauh, Kapal yang lebih moderen dibandingkan masa Viking.  Urusan belum bisa berlayar jauh.. Itu nasib Vasa saat itu…

Toh. Akhirnya.. Teknologi berkembang.. Dan.. Pada satu masa.. Swedia termasuk negara pengekspor persenjataan ternama dunia, termasuk kapal-kapal. Wisata Vasa.. Buat saya… Wisata Belajar Dari Pengalaman Pahit Untuk Fokus Menjadi Lebih Baik.  Menghargai sebuah kegagalan… Karena fokus bukan pada kapalnya.. Tapi ide brilian untuk punya kapal moderen.”

Berikut foto miniature sesuai aslinya.

Tenggelamnya kapal itu disebabkan banyak faktor. Pemerintah saat itupun tidak ingin menyalahkan siapa-siapa, hanya mencoba mendapatkan jawaban apa yang menjadi penyebabnya. Tim dibentuk untuk mempelajari penyebab tenggelamnya kapal tersebut, dan pada akhirnya tidak ada yang disalahkan apalagi dihukum karena itu. Ini merupakan perilaku positif yang patut dicontoh. Mereka fokus pada solusi serta membangun harapan akan masa depan yang lebih baik.

“Forgiving does not erase the bitter past. A healed memory is not a deleted memory. Instead, forgiving what we cannot forget creates a new way to remember. We change the memory of our past into a hope for our future.” (Louis B. Smedes)

Catatan:
Tulisan ini merupakan tulisan keempat dari rangkaian tulisan tentang liburan kami. Simak juga tulisan sebelumnya:

  1. Indahnya Ciptaan Tuhan, https://www.josefbataona.com/life-wisdom/indahnya-ciptaan-tuhan/
  2. World’s Happy Countries: https://www.josefbataona.com/life-wisdom/worlds-happy-countries/
  3. Swedia Negara Ribuan Pulau: https://www.josefbataona.com/life-wisdom/swedia-negara-ribuan-pulau/
  4. Jadikan Pelajaran Berharga
  5. Nantikan postingan berikutnya

Bookmark and Share

2 Responses to Jadikan Pelajaran Berharga

  1. Ratih says:

    Penutupnya keren Pak, “fokus pada solusi”. Hal ini akan mudah diterapkan jika kita punya mindset positif dan tidak menghabiskan energi untuk mencari siapa yang salah. Dan yang salah pun seharusnya sadar untuk meminta maaf dan bersama-sama mencari solusi. Terima kasih untuk bacaan positifnya di pagi hari ini Pak

    • josef josef says:

      Terima kasih Ratih. Semua kita punya kontribusi untuk menciptakan lingkungan untuk tumbuh kembangnya mindset positif. Tapi seorang pemimpin akan punya peran penting untuk memfasilitasi terciptanya lingkungan positif tersebut. Salam

Kisah Rp 10.000,00 yang Mengubah Hidupku

Recent Comments

josef:
Terima kasih coach Helda, senang berbagi cerita untuk saling belajar diantara sesama coach. Salam sehat dan...

Helda Tan:
Nah,Pak Josef sdh jadi role model dari seorg good Coach nih. Saking melekatnya mindset coach di jiwa Pak...

josef:
Terima kasih sama2 Santi, yang terpenting adalah setelah menyadari ini, apa langkah nyata yg mau diterapkan...

Santi Sumiyati:
Terima kasih Pak Josef atas tulisannya yang dapat mendorong saya memiliki sudut pandang baru dalam...

josef:
Terima kasih sama2 mas Bram, semoga teman2nya bisa mengambil manfaat untuk persiapan mereka memasuki masa...


Recent Post

  • Person of Influence Creates More Leaders
  • Niatkan Untuk Menjadi Coach
  • Bersyukur Saya Dipilih
  • Komitmen itu Pilihan
  • Pemimpin HARAPAN Masa Depan
  • Menyentuh Hati: Belajar Dalam Keseharian
  • Seni Memanusiakan Manusia
  • Keputusan Penting di Awal Tahun
  • Connecting the Dots
  • Bersyukur Itu Bertindak