Posted on September 16th, 2022
“Success seems to be connected with action. Successful people keep moving. They make mistakes, but they don’t quit.” (Conrad Hilton)
KEAJAIBAN DUNIA. Di Taman Nasional Komodo ada hewan langka yang hanya ada di Indonesia. Dan ini menjadi daya tarik khusus untuk wisatawan dalam dan luar negeri untuk berkunjung ke sana. Pada tanggal 11 November 2011, New 7 Wonders telah mengumumkan bahwa Taman Nasional Komodo masuk kedalam jajaran pemenang New 7 Wonders bersama dengan Hutan Amazon, Teluk Halong, Air Terjun Iguazu, Pulau Jeju, Sungai Bawah Tanah Puerto Princesa, dan Table Mountain. Taman Nasional Komodo mendapatkan suara terbanyak.
Taman Nasional Komodo didirikan tahun 1980, dan dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991.
Mengenal dan Menghargai
Banyak keunikan alam dan budaya nusantara Indonesia yang layak dikunjungi, dikenali agar kita bisa lebih menghargainya. Duniapun terkagum-kagum dengan hewan langka yang bernama Komodo. Rombongan kamipun menyempatkan untuk siap memasuki Taman Nasional Komodo.
Lima pulau utama di Taman Nasional Komodo yakni Pulau Komodo, Pulau Padar, Pulau Rinca, Gili Motang, Nusa Kode dan juga pulau-pulau kecil lainnya. Kepulauan tersebut dinyatakan sebagai Taman nasional untuk melindungi Komodo yang terancam punah dan habitatnya serta keanekaragaman hayati di dalam wilayah tersebut. Taman lautnya dibentuk untuk melindungi biota laut yang sangat beragam yang terdapat disekitar kepulauan tersebut, termasuk yang terkaya di bumi.
Foto close-up berhasil merekam kehadiran Komodo, saat kami mulai menapaki hutan perdu dengan harapan bisa menemukan hewan ini.
Usaha melestarikan hewan Langkah di Taman Nasional Komodo, tentu akan maksimal kalau diimbangi dengan pengembangan Sumber Daya Manusia di sana. Ada berita gembira yang disajikan koran Kompas, Sabtu 03 September 2022 dengan judul: Kompetensi Pekerja Disesuaikan Standar ASEAN. Disana disajikan informasi dari bu Titik Lestari, Direktur Standarisasi Kompetensi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi kreatif, bahwa Bank Dunia telah menghibahkan Rp 140 milyar bagi Indonesia untuk memfasilitasi sertifikasi kompetensi bagi pekerja sektor pariwisata. Fokusnya di 6 wilayah destinasi Pariwisata prioritas, termasuk Labuan Bajo. Semoga dana tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kompetensi pekerja sektor pariwisata agar bisa meningkatkan pelayanan dan akhirnya bisa mensejahterakan masyarakat di sekitar Labuan Bajo.
Daya Juang pa Suaib
Usai berenang di pink beach Komodo, kami berkesempatan mampir ke warung pa Suaib untuk minum kelapa muda.
Pemiliknya ramah dan muda diajak ngobrol, yang membuat saya tergoda untuk mendengarkan kisah keluarganya seputar pandemi.
Asli dari Komodo, pa Suaib sedang buka warung bersama istrinya untuk membiayai hidup keluarga dengan lima anak.
Sebelum pandemi, pa Suaib menjalani beberapa kegiatan. Sebagai nelayan dan mancing ikan bisa mendapatkan Rp 300.000 sehari. Sebagai pengrajin yang mengukir dan menjual ukiran Komodo, bisa menghasilkan Rp 200.000. Persis sebelum pandemi sempat membeli perahu untuk melayani Pariwisata open trip dari Labuan Bajo ke pulau-pulau sekitarnya. Yang ini bisa memberikan penghasilan lumayan, sejuta sehari. Namun siapa yang bisa menduga dengan kehadiran pandemi saat utang perahunya belum lunas, wisatawan menghilang, penghasilan dari laut hanya untuk makan karena tak ada yang beli, aplagi hasil kerajinannya.
Senyum di Wajah pa Suaib
Yang utama di pikiran pa Suaib adalah bagaimana menghidupi keluarganya. Untungnya praktek kekerabatan di pedesaan, terutama antar keluarga masih sangat kuat. Mereka saling membantu terutama agar mereka semua bisa makan. Pelayanan wisata berhenti total. Hasil kerajinan yang biasanya dibeli wisatawan, tak ada yang beli. Masih ada segudang harapan di laut. Kerang mata tujuh (abalone) masih bisa dijual. Mencarinya harus malam hari dengan senter, dan lumayan bisa dijual Rp 15.000 sekilo. Berikut foto pa Suaib dan istrinya di warung mereka di pink beach Komodo.
Begitu wisatawan mulai terlihat datang lagi ke Labuan Bajo, dia berpikir keras untuk memulai usaha tapi dengan modal yang sangat terbatas. Dia melirik sebidang tanah milik kakaknya di pink beach Komodo dan meminjamnya untuk membuka warung. Wisatawan yang datang dan mandi atau snorkel di pantai ini biasanya lumayan jumlahnya. Mereka perlu kelapa muda, kopi/teh atau makanan ringan lainnya usai mandi. Dan ternyata perhitungannya tepat. Warungnya sudah bisa memberikan hasil untuk makan keluarga, dan mudah-mudahan terus bertambah kelebihannya yang bisa dia gunakan untuk membiayai anaknya untuk sekolah.
Pa Suaib, pria sederhana di desa Komodo memberikan saya contoh sekaligus pelajaran berharga tentang kehidupan: bagaimana menghadapi perubahan, bagaimana berjuang tanpa putus asa untuk menghidupi keluarga, bagaimana menjajagi berbagai peluang untuk bangkit setelah pandemi, dan bagaimana mensyukuri semua berkat itu sambil menatap masa depan penuh optimis.
“Survival can be summed up in three words, never give up. That’s the heart of it really. Just keep trying.” (Bear Grylls)
Rangkaian kisah Wisata Labuan Bajo:
josef:
Thank you coach Helda for your insightful comment. Setuju, let us become life long learner to become a better...
Helda Tan:
Love this article Pak Josef. Setuju sekali terhadap penekanan Coaching Mindset yg benar utk menjadi...
josef:
Thank you pa Heru for the opportunity to learn together. Appreciate also your time and effort to visit and...
Heru Hardoyo:
Thanks for your inspiring sharing Pak. Keep on inspiring and enlightening
josef:
Terima kasih pa Danang Arief sudah mengunjungi blog dan menyimak tulisan ini. Benar sekali perilaku anggota...