Posted on April 26th, 2013
All men make mistakes, but only wise men learn from their mistakes. (Winston Churchill)
DALAM posting sebelumnya, 23 April 2013, berjudul: “Salah Paham Langkah pun Berbeda,” kita membahas beberapa contoh salah paham. Posting ini diakhiri dengan cerita seorang chairman local yang menggesek kartu ID-nya di mesin absen, ingin menunjukkan bahwa dia memberikan contoh untuk disiplin kepada karyawannya. Tetapi CEO Global itu langsung berkomentar, “Menurut saya, yang penting adalah delivery of the result, tanpa harus mempedulikan mereka bekerja dari mana dan kapan.”
Pembelajaran untuk Design Ruang Kerja Berbasis Balanced Life
Pernyataan CEO Global tersebut di atas bukan sekedar statemen, karena di kantor Pusat Global, perusahaan ini akhirnya menyiapkan meja kerja hanya untuk 70% karyawan yang terdaftar. Dan dari 70% tersebut, hanya sekretaris dan pekerja administrative yang mempunyai meja kerja tetap.
Para manager boleh memilih meja-meja lain yang tersedia, setiap mereka masuk kerja. Pengalaman memperlihatkan bahwa 30% karyawan selalu berada di luar sana, mengunjungi customer, atau cabang-cabang. Jadi diberikan kesempatan untuk memutuskan sendiri hari ini bekerja di mana, yang penting, pekerjaan terlaksana dan tujuannya tercapai.
Dan di perusahaan lokalnya pun, mereka memulai dua program baru:
Semua aturan di atas, tentu hanya bisa dimungkinkan kalau masing-masing punya komitmen delivery yang tinggi, dan tidak menyia-nyiakan kepercayaan akan kebebasan itu.
Berbagai Kesalahan untuk Pembelajaran
[Google Image]
“Experience is the name everyone gives to their mistakes” (Oscar Wilde)
Sebuah artikel di blog MindTools memaparkan 10 Kesalahan yang sering dilakukan oleh para Pemimpin:
Sebuah kesalahan masa lalu yang kami (termasuk saya sebagai pejabat HR) lakukan adalah: “Mempromosikan assistant manager yang punya prestasi gemilang untuk menjadi manager.”
Loh, bukankah seharusnya begitu?? Betul, seharusnya demikian.
Namun kami tidak cermat untuk juga melihat aspek lain yang tidak kalah pentingnya: “Pada saat mereka sebagai assistant manager, mereka bekerja sendiri. Namun begitu mereka dipromosikan menjadi manager, mereka harus luangkan waktu untuk me-manage tim. Dan kami tidak mempersiapkan mereka untuk menjadi leader pada level ini. Kami baru menyadarinya, ketika melihat sukses manager di level ini tidak seperti yang diharapkan.”
Namun koreksi segera dilakukan. Dan berhasil!
Success seems to be connected with action. Successful people keep moving. They make mistakes, but they don’t quit (Conrad Hilton)
josef:
Terima kasih pa Eddie. Code of conduct yang kalian gunakan juga sangat powerful dalam mengembangan manusia...
josef:
Terima kasih Coach Helda. Adalah panggilan kita untuk saling mengingatkan, saling menginspirasi untuk create...
Eddie Cahyono Putro:
Saya sangat cocok dengan judul *”HIGHLY COMPETENT PROPLE WITH SOLID COLLABORATION”*...
Helda Tan:
Such a beautiful reminder Pak Josef… Seandainya saja lebih banyak orang yang menghargai prinsip...
josef:
Terima kasih banyak mba Malla, semoga mba Malla juga terus menginspirasi kita semua. Salam
Pingback: Pengalaman yang Berharga | Sosialnews.com
Terima kasih, sudah ikut berbagi kisah di blog ini
Pak Josef, terima kasih saya bisa Coaching dan Mentoring dengan Bapak melalui tulisan di blog ini. Mohon doa utk adventure yang sdg saya jalani ya Pak.
Terima kasih Agnes, terutama bahwa tulisan2 di blog ini bermanfaat untukmu. Doaku menyertaimu, semoga sukses dan SEHAT selalu. Jangan lupa untuk berbagi cerita
coretan yang menarik, Pak Josef. Pengalaman memang guru dari sebuah kesuksesan apabila diambil point pelajarannya ^_^
Terima kasih Ania, kita belajar dari berbagai macam pengalaman, baik yang ups maupun downs. Terima kasih telah mengunjungi blog dan menyimak coretan di blog ini
Benar Pak, terkadang itu juga yang dilupakan oleh para Pimpinan.
Ketika target tidak tercapai, kinerja bawahan dinilai tidak sesuai harapan dan jadi marah. Hasilnya bawahan sering mengeluh dan takut melakukan kesalahan karena takut dimarahi, ujungnya mengajukan resign dengan alasan lingkungan yang tidak nyaman.
Apakah Pimpinan boleh marah Pak?Bentuk support seperti apa yang harus diberikan pimpinan ketika hasil yang diharapkan dari bawahan tidak sesuai dengan harapan.
Terima kasih Amalia, mengambil analogi permainan basket, coach nya tidak menunggu istirahat atau permainan usai untuk memberikan feed back dan koreksi, tapi minta time out saat ada yang perlu dikoreksi. Jadi atasan perlu melakukan evaluasi dan dialog secara berkala untuk membantu bawahan mencapai target. Jangan nunggu sampai akir tahun dan memberikan berita yg mengejutkan kalau prestasi anak buah tdk bagus.
Terima kasih sudah berbagi pak josef, ini pertama kali saya kunjungi blok bapak,very inspiring dan banyak memberikan insight baru..