Posted on November 6th, 2020
“Move out of your comfort zone. You can only grow if you are willing to feel awkward and uncomfortable when trying something new.” (Brian Tracy)
KESADARAN akan perlunya perubahan dirasakan oleh kita di saat tertentu dalam perjalanan hidup atau perjalanan profesi. Dalam komunitas bersama yang lain, kesadaran seperti itu bukan saja hadir di depan kita, tetapi juga sengaja dihadirkan oleh mereka yang bertanggung jawab untuk itu, misalnya pimpinan di organisasi atau masyarakat. Pada titik ini tanggapan setiap individu boleh jadi berbeda. Ada saja yang sibuk melihat sekitarnya dengan harapan, bahwa orang lain yang harus duluan berubah, dan bukannya melihat kedalam diri sendiri, apa yang perlu saya ubah dalam diri saya untuk sekaligus memberikan kontribusi perubahan kepada kelompok dimana saya berada.
Dalam waktu yang hampir bersamaan, saya berkesempatan berbagi pengalaman di dua event yang berbeda (tentu saja via zoom), yang satu di sebuah Lembaga Pendidikan yang sedang bertransformasi dari Budaya PNS berubah menjadi lebih mandiri dengan Mindset Swasta. Dan Event kedua adalah di Lembaga Pendidikan yang menyajikan pembelajaran untuk rekan-rekan HR dari berbagai organisasi baik swasta maupun BUMN. Komentar dan pertanyaan dari kedua sesi itu yang ingin saya rangkum dalam tulisan ini.
Siapa Yang Harus Duluan Berubah?
Mulainya dari mana? Begitu pertanyaan bernada mencemaskan dari seorang peserta, mengingat transformasi baru dimulai.
Bagaimana memotivasi tim? Kami bukan Lembaga swasta. Bagaimana mengubah mindset seperti yang dipunyai swasta? Promosi saja kita harus urut kacang?
Bagaimana menjadi pimpinan andalan seperti yang dicontohkan dalam presentasi? Bagaimana membuat Gerakan komitmen pimpinan untuk melangkah, terutama dalam pengembangan SDM? Satu kelas ini hanya beberapa orang, sementara di luar sana masih banyak yang belum diajak untuk berubah?
Berbagai pertanyaan itu seakan menggaris bawahi bahwa itu sulit, atau meminjam bahasa gaul yang lagi trend: Tidak semudah itu Ferguso.
Spontan jawaban pertama saya adalah: Saya harus mengacungkan jempol bahwa Lembaga ini sudah mulai mengayunkan langkah perubahan ini.
Bukan juga kebetulan bahwa anda yang terpilih untuk menjadi batch pertama Leadership Development Program ini. Anda akan menjadi pioneer. Fokus anda selanjutnya adalah menerapkan apa yang dipelajari, pada diri sendiri dan teammu serta dalam berinteraksi dengan pihak lain di luar unitmu. Kita semua menyadari bahwa ini tidak muda. Tetapi kalau peserta batch ini bisa menjadi cahaya lilin kecil di tengah organisasi yang besar ini, mudah-mudahan dengan berjalannya waktu, pekerjaan baik ini akan cepat menyebar. Apalagi kalau Lembaga ini mempercepat pelaksanaan program ini untuk batch berikutnya, mudah-mudahan niat baik untuk berubah, bisa membuahkan hasil.
Banyak perubahan yang sudah, sedang dan akan terjadi dalam hidup ini. Dan perubahan itu hendaknya kita sikapi sebagai sebuah kesempatan untuk memenuhi panggilan hidup dengan menjalankan peran yang berbeda atau peran yang sama dengan cara yang berbeda untuk kepentingan yang berbeda.
Buku Leader as Meaning Maker yang baru saya luncurkan, banyak berbicara tentang peran Leader dalam menemukan MAKNA penting dalam pekerjaannya dan juga membantu teamnya menemukan MAKNA penting dari tugas mereka. Perubahan yang sedang berlangsung ini semoga bisa memudahkan para Leader menemukan MEANING tersebut.
Meraih TRUST dari Atasan
Sementara itu di event yang berbeda, seorang peserta mengutarakan apa yang sedang dialaminya.
“Saya sudah berbuat yang terbaik, tetapi mengapa saya belum juga dipromosi di tahun kedua ini? Bahkan saya mendengar, atasan saya akan mempromosikan rekan kerja dari divisi lain, padahal dia masih baru. Setelah saya refleksi diri, atasan saya ini sepertinya masih belum menaruh trust kepada saya, padahal hampir semua pekerjaan strategis terkait HR, saya yang handle. Disamping itu saya ingin membuat HR Blueprintnya terkait praktek HR, termasuk system untuk promosi ”
Menyimak pertanyaan seperti ini, sayapun menjawabinya dengan pertanyaan untuk membuka wawasannya:
Ternyata dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, dia bisa menemukan beberapa hal penting yang akan dia lakukan, sebagai tindak lanjut, terutama untuk meraih TRUST dan RESPECT dari atasannya.
Menjadi Pemimpin yang Andal seperti di kasus pertama diatas memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Demikian juga TRUST dan RESPECT di kasus kedua, tidak datang dengan sendirinya, hanya karena anda sudah menduduki posisi tertentu. Harus diraih, dan ini memerlukan komitmen kuat untuk mulai berubah, dari diri sendiri. Langkah kongkrit harus dirancang dan dijalankan, dengan parameter yang jelas untuk mengukur kemajuan hasilnya. Mudah-mudahan usaha mereka sebagai team atau sebagai individu diberkati agar berhasil.
“Life is a series of natural and spontaneous changes. Don’t resist them; that only creates sorrow. Let reality be reality. Let things flow naturally forward in whatever way they like.” (Lao Tzu)
josef:
Terima kasih sama2, Setelah jadi ASM Jambi bertugas kemana lagi? Salam sehat selalu
Nurul Huda (pangkas rambut denbagus ) jl.raya aya Maleber Kuningan jabar:
Bagus sekali pemikiran dari Dr.David...
josef:
Terima kasih mba Indri, kita semua belajar dari pengalaman praktis banyak perusahaan. Tujuannya tentu saja...
Indrijati Rahayoe:
Keren sekali paparan ringkasan dr ajang HR Excellence Award 2023 ini. Terima kasih pak Josef dan...
josef:
Silahkan Farid, dengan senang hati. Simak juga 860 artikel lainnya di blog ini. Salam
Sering kali saya berharap,disekitar saya dulu yang berubah dan akhirnya saya kecewa.
Ketika saya memutuskan untuk berubah lebih dulu, maka hasilnya saya menjadi bahagia, oleh karna perubahan yang saya lakukan, menularkan hal positif bagi sekitar saya.
Terima kasih Pak Josef.
Terima kasih Rolin, Keputusan paling bijak adalah memulai dari diri sendiri, mulai berubah dan menjadi contoh bagi yang lain. Salam perubahan