Posted on September 13th, 2024
“Jangan pernah lelah tersenyum. Kalian adalah bangsa yang murah tersenyum. Senyum adalah senjata ampuh.” (Paus Fransiskus saat kunjungan ke Indonesia)
KUNJUNGAN PAUS FRANSISKUS, menjadi topik berita di berbagai media. Banyak anggota masyarakat yang bersemangat untuk menyimak setiap berita sejak kedatangannya di hari Selasa 3 September hingga keberangkatannya di hari Jumat 6 September. Kehadirannya di Indonesia juga mendemonstrasikan kesederhanaan hidupnya. Pelajaran dari kesederhanaan beliau:
Berikut foto bersejarah presiden Joko Widodo dan Paus Fransiskus di hari kedua kunjungan.
Tangis Haru Sr. Maria Celine PRR
Diantara berita-berita tersebut, terselip berita yang tidak kalah menariknya, seorang suster menagis haru di pinggir jalan seputar bundaran HI. Padahalnya, tidak ada rencana hari itu untuk menanti Paus di jalan Sudirman Jakarta, karena sudah ada tiket untuk hadir di Misa di GBK.
Sr Maria Celine PRR bersama rekannya Sr Simprosa PRR buruh-buruh ingin menyeberang jalan di sekitar bundaran Hi. Mereka dihentikan oleh polisi karena sebentar lagi iring-iringan Paus akan lewat. Wah kebetulan, pikir mereka. Ini sebuah keberuntungan, sebuah berkat. Tidak lama menunggu, iring-iringan kendaraan Paus lewat. Paus Fransiskus dari jendela mobilnya melambaikan tangan kepada yang berdiri di pinggir jalan. Kontak batin Sr Maria, yang merasa seakan lambaian tangan Paus itu juga menanggapi lambaian tangannya. Diapun terharu, menutup muka sambil menangis. Beberapa awak media yang berada disana, menangkap momen itu dan langsung mendekati dan mewawancarai suster Maria, yang mengaku bangga sekaligus terharu akan kunjungan Paus tersebut.
Berkat Yang Terus Menyertai
Sr Maria dan Sr Simprosa sebetulnya ada janji mengunjungi kami untuk makan siang bersama di rumah Witana Harja. Bersama adik Liko Bataona, mereka mengambil MRT menuju Lebak Bulus dan dilanjutkan dengan Grab ke rumah Witana Harja. Pa Purba, supir Grab menyimak cerita mereka seputar kedatangan Paus, bagaimana terharunya suster sampai menangis dan cerita sukacita lainnya. Pa Purbapun tertarik dan ikut nimbrung dalam obrolan tersebut.
Diketahui bahwa ayah pa Purba bekerja di sebuah bank Pemerintah, dan pernah bertugas di Kalimantan. Pa Purba mengenyam pendidikan di SD dan SMP yang dikelolah oleh para suster di Kalimantan. Saat pindah mengikuti orang tuanya ke Ambon, dia masuk SMA Xaverius yang juga dikelola oleh suster-suster. Perkenalan singkat dari pengalaman beliau, berujung pada kejutan saat adik Liko mau membayar Grab ketika turun di rumah. Pa Purba menolak untuk dibayar. Walau didesak untuk menerima bayaran itu, tapi dia tetap menolak untuk dibayar. Apakah karena dia merasa suster2 ini berjasah mendidiknya saat sekolah di SD hingga SMA? Atau karena sebuah kebetulan usai mengantar istri bekerja, mau pulang ke rumah di daerah Pamulang, saat menerima pesan Grab? Entalah. Yang pasti ini merupakan kejutan yang dihadirkan oleh Universe untuk rombongan Sr Maria yang barusan menangis haru karena bisa menyaksikan langsung lambaian tangan Sri Paus. Suster sendiri menganggap ini sebagai berkat Tuhan yang diberikan kepada mereka.
Kunjungan Keluarga
”Berilah kami rezeki pada hari ini…” Demikian sepenggal doa harian kami setiap hari. Kami memang berkesempatan menikmati rezeki bersama suster-suster ini di seputar meja makan. Di samping itu kami semua bersyukur akan berkat yang kami terima hari itu, termasuk yang barusan dialami suster sepanjang hari ini. Berikut foto bersama.
Usai makan siang, kami masih ngobrol, seputar aktivitas suster-suster ini yang melayani hingga pelosok tanah air, termasuk di NTT dan Papua. Sr Maria sedang mempersiapkan diri, belajar bahasa Jerman untuk penugasan barunya di Jerman.
Dering telpon yang masuk, ternyata dari keluarganya yang menceritakan bahwa mereka melihat suster di salah satu stasiun TV. Dan begitu dicheck di internet, ternyata berita Sr Maria nangis sudah viral. Pembicaraanpun beralih ke butir-butir pelajaran awal yang direkam oleh Media, dari hari pertama kunjungan Paus, pelajaran dari kesederhanaan beliau, seperti yang disampaikan di awal tulisan ini.
Siapa sangka kalau rangkaian peristiwa itu, yang menurut kebanyakan orang disebut sebagai kebetulan, saya melihatnya sebagai kesempatan yang dihadirkan alam semesta kepada tamu yang akan berkunjung ke rumah kami hari itu. Kami berkeyakinan, saat mereka memasuki rumah kami, berkat Tuhan yang menyertai mereka juga hadir dan tinggal di rumah kami. Amin.
Catatan Pelajaran Penting
Menarik juga untuk saya kutip sepenggal tulisan Trias Kuncahyono berjudul DI UJUNG TEROWONGAN, yang dia bagikan di WA Group Penulis dan Editor Penerbit Buku Kompas:
Terowongan Silaturahmi, yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, adalah terowongan yang menuntun setiap orang yang melewatinya menuju terang; terang persaudaraan.
Terowongan ini adalah simbol. Simbol yang bermakna, dua tempat ibadah agung tidak hanya berhadapan tapi juga berhubungan. Memberikan pengalaman persaudaraan, ziarah, berjalan bersama menuju Allah dengan saling mengasihi, bersaudara.
Maka inilah terowongan lambang persaudaraan …. Lewat terowongan, umat beriman berjalan, bertemu sebagai saudara, dan berjalan bersama menuju terang.
Bagi saya pribadi, Paus Fransiskus adalah Role Model dalam menghidupi semua pesan-pesan yang dia sampaikan. Kita diundang untuk tidak hanya mendengar, menyimak, menonton, tapi juga hidup sesuai contoh yang diberikan beliau dalam kunjungannya.
Kata Paus Fransiskus, “Tugas kita, membantu semua orang melewati trowongan menuju terang.”
josef:
Iya Lia, terima kasih. Membuat kami yang sudah lansiapun bertambah semangat, berkat gairah belajar generasi...
lia:
KEREN dan pastinya seru sekali ya Pak… Interaksi dengan generasi yang berbeda sekaligus mengajarkan mereka...
josef:
Terima kasih Cita, kita merancang cerita bersama dari kegiatan yang kita jalankan bersama. Dengan demikian...
Tresita:
Terus berkarya dengan tulisan menarik om..semoga terus.memberikan cerita yg menarik tentang kehidupan yg...
josef:
Terima kasih mba Esra sudah berkenan mengunjungi blog, menyimak tulisan ini dan mencatatkan komennya. Sayapun...